Sunday, April 17, 2016

Karomah KH.Muhammad Zaini Abdul Ghani Sekumpul Martapura



Tentara Jepang Tidak Melihat Adanya Mobil

Sekitar dua minggu setelah kelahiran putra pertama, sang bayi mungil yang diberi nama Ahmad Qusyairi, Abdul Ghani berkeinginan memboyong kembali keluarganya dari desa Tunggul Irang Seberang ke kampung asalnya yaitu Keraton. Keraton yang telah ditinggalkan berbulan-bulan, menyiratkan kerinduan Abdul Ghani terhadap kampung kelahirannya ini. Kampung yang sesungguhnya sangat damai dan tenang, namun kedatangan tentara kolonial Dai Nippon atau tentara Jepanglah yang membuat Abdul Ghani sekeluarga harus meninggalkan Keraton dan mengungsi dirumah Abdullah, famili istrinya Masliyah.

Malam itu terasa amat mencekam, informasi yang Sampai ketelinga keluarga Abdul Ghani menyatakan bahwa di kota Martapura malam itu tentara Jepang menjaga ketat seluruh ruas jalan. Lebih dari itu mereka juga memberlakukan jam malam, dan mengultimatum warga agar jangan keluar rumah dan berjalan di malam hari. Siapapun yang mencoba untuk berjalan dijalan umum akan di tembak ditempat, kata ultimatum itu lebih lanjut.

Namun tekad dan niat yang bulat dari Abdul Ghani, seakan membuyarkan semua itu. Apalagi untuk menuju Kampung keraton, ia sekeluarga menggunakan mobil butut atau mobil jamban milik seseorang, yang dikemudikan oleh Habib Hasan, seorang Sayyid yang masih tinggal di desa Tunggul Irang itu. Meski masih diliputi rasa khawatir dan was was, namun diiringi sebuah do’a dan permohonan kepada Allah SWT, Abdul Ghani sekeluarga meninggalkan kampung Tunggul Irang.

Sampai di kota Martapura, nampak barikade dan penjagaan tentara Jepang, memang terlihat sangat kuat. Disana sini nampak dijaga ketat. Tentara bermata sipit itu kelihatan sangat siaga memantau keadaan, sehingga segala akses jalan seakan tidak bisa ditembus. Dijalan tidak seorang pun penduduk Martapura yang berani melanggar ultimatum tentara Dai Nippon. Karena siapapun tahu, bahwa tentara Jepang tidak main-main.

Sementara itu, mobil yang ditumpangi keluarga Abdul Ghani pun terus meluncur, tanpa memperdulikan penjagaan ketat itu. Semua memasang wajah tegang dan ada rasa khawatir, jika sampai mobil ini distop mereka. Namun keajaiban terjadi, barisan tentara Jepang itu sama sekali tidak perduli dengan mobil yang lewat, bahkan seakan akan tidak melihat ada mobil yang lewat. Brikade tentara bermata sipit itupun bisa dilewati tanpa insiden. Dan Abdul Ghani pun bisa bernafas lega hingga sampai ketempat tinggalnya di Kampung Keraton.

Di Didik Secara Rohani Oleh Para Ulama Besar

Sebagai anak yang dididik dengan didikan agama yang ketat, akhlak yang mulia, hati yang begitu bersih, jiwa yang penuh dengan Tauhid dan Ma’rifat kepada Allah, maka tidak aneh jika Zaini Muda disayangi bukan saja oleh orang tua dan keluarganya, guru gurunya, bahkan juga para Aulia baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Diusia beliau yang sangat muda beberapa ulama besar yang sudah diakui sebagai Waliyullah datang untuk mendidik Zaini muda secara rohani seperti Syekh Ali Junaidi Berau bin Qadhi H. Muhammad Amin bin Mufti H. Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Syekh Ali Junaidi Berau ini adalah guru pertama bagi Zaini muda secara rohani.

Banyak petunjuk petunjuk Syekh Ali Junaidi yang membawa Zaini muda menjadi ulama besar diantaranya memerintahkan agar Zaini muda mengamalkan zikir sebanyak 24 ribu kali sehari, beliau juga memberikan petunjuk agar mengaji masalah Nur Muhammad kepada Syekh Muhammad bin Syekh Salman Al Farisi Gadung Rantau, dan beberapa hal lain, Zaini muda seringkali mendapat petunjuk beliau. Selain Syekh Junaidi Berau, Zaini muda juga dididik secara rohani oleh Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad Afif (Datu Landak), dan beberapa Aulia hingga Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.


Menumpang Safinatul Auliya

Di suatu malam Jum'at yang penuh berkah Guru Zaini sewaktu mudanya melihat dalam mimpinya yang luar biasa sebuah kapal besar yang bertuliskan ”Safinatul Auliya” yang berarti Bahtera Para Auliya. Beliau lalu mendekati kapal itu dan berusaha untuk masuk kedalamnya. Namun ternyata penjaga kapal itu melarang beliau untuk masuk kekapal, setelah itu beliau terbangun. Di malam Jum’at selanjutnya, Guru Zaini juga bermimpi persis seperti mimpinya yang pertama itu. Dan dimalam Jum’at selanjutnya lagi beliau bermimpi seperti mimpi beliau sebelumnya, namun kali ini beliau diizinkan untuk masuk ke kapal "Safinatul Aulia” tersebut.

Di dalam kapal itu ternyata beliau telah disambut oleh seseorang yang dikemudian hari menjadi salah satu Murabbi Mursyidnya. Ketika Guru Zaini melihat suasana dikapal, ternyata masih banyak kursi yang kosong. Dan mereka yang ada dikapal itu sebagian adalah orang yang sudah dikenal dan sebagian lagi tidak di kenal.

Bioskop Yang Listriknya Padam, Besoknya Runtuh
Suatu sore Zaini muda duduk sendirian, tiba-tiba datang temannya yang masih familinya itu. Temannya itu mengajak untuk jalan-jalan ke pasar. Zaini tidak keberatan, asal tidak terlalu lama. Akhirnya mereka berdua berjalan menyusuri sepanjang pasar. Dan tanpa sadar mereka sudah berada didepan sebuah bioskop. Temannya itu mencoba mengajak Zaini untuk masuk kedalam bioskop. Dengan berbagai alasan, Zaini menolak halus ajakan itu. Namun sang teman tetap memaksa masuk, sambil menarik tangan Zaini. Dengan hati berat Zaini menuruti keinginan temannya itu. Akhirnya, apa yang terjadi? Tanpa diduga sebelumnya, seketika seluruh aliran listrik dibioskop itu mati total, dan pemutaran film pun berhenti. Bukan sekedar itu, keesokan harinya terbetik sebuah kabar bahwa bioskop itu runtuh. Sebuah tempat yang dimasuki oleh kekasih Allah, akan berubah menjadi baik dan hilang kebatilan dari tempat itu.

Peringatan Haulnya Dihadiri Jutaan Jamaah

Tanpa bermaksud mengecilkan Peringatan Haul para Habaib, para Ulama dan Kiai lainnya diberbagai tempat, belum sepuluh tahun kewafatannya, Haul Al Allamah Syekh Muhammad Zaini Ghani atau Guru Sekumpul telah dihadiri jutaan jamaah. Ini sangat berbeda dengan peringatan haul dibeberapa tempat,yang semula jamaah yang hadir sedikit, kemudian semakin tahun semakin bertambah hingga ribuan orang. Tetapi peringatan Haul di Sekumpul, sejak tahun pertama sudah diikuti ratusan ribu jamaah. Dengan kenyataan ini, menunjukkan bahwa peringatan Haul di Sekumpul Martapura adalah ”aruh ganal nang paling ganal” atau peringatan Haul yang ' paling besar yang pernah kita temui. Dan menariknya jamaah maupun tokoh yang datang itupun tanpa undangan. Artinya kedatangan mereka murni keinginan mereka, karena mereka merasa memiliki terhadap figur yang amat mereka cintai dan kagumi.

Dari realita dilapangan, para jamaah peringatan Haul Sekumpul ini memang datang dari berbagai tempat, baik Kalimantan Selatan, Tengah, Timur, dan Barat,Jawa dan Sumatera. Bahkan ada yang datang dari negara tetangga Malaysia, Brunei dan Singapura. Melihat realita tersebut pihak panitia Haul Sekumpul, pada peringatan Haul Ke 10 tahun 1436 H tadi menyiapkan hampir setengah juta nasi kotak. ltu belum termasuk sumbangsih masyarakat sekitar Sekumpul yang dengan sukarela menyiapkan ratusan bahkan ribuan nasi kotak pada setiap rumah mereka.

Akses jalan dan transportasipun diatur oleh panitia Haul dengan cukup cermat, mengingat kemacetan yang cukup parah pada beberapa kali haul sebelumnya, hingga puluhan kilometer. Pada beberapa tahun terakhir, telah diatur, bagi jamaah yang datang dari luar daerah diminta untuk sudah berada dilokasi beberapa hari sebelum hari H, atau minimal sehari sebelumnya. Dengan demikian pada hari H, transportasi lebih mudah dikendalikan, untuk mengantisipasi kemungkinan kemacetan. Demikian pula pantauan dari sisi akomodasi, hotel, penginapan dan sejenisnya yang ada di Martapura dan sekitarnya sudah penuh dipesan jauh-jauh hari beberapa bulan sebelum hari puncak haul.

Meski acara di peringatan Haul Sekumpul sebenarnya sangat sederhana, dimulai dengan shalat Maghrib berjamaah, kemudian Wirid, pengajian ayat suci Al Qur'an, Maulid, pembacaan Yasin, Tahlil dan do’a. Namun demikian, acara ini terasa sangat khidmat dan khusyu. Inilah keberkahan yang nampak dari kemuliaan seorang Wali Besar Maulana Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani.


sumber : 100 Karomah dan Kemuliaan Abah Guru Sekumpul oleh KH.M.Anshary El Kariem,Darul Muhibbin.

1 comment: