Thursday, December 31, 2015

sajak : Aku, Kamu, Kita Dan Kalian

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=5541590159780609100;onPublishedMenu=posts;onClosedMenu=posts;postNum=0;src=link


Aku, Kamu, Kita Dan Kalian


Aku, kamu, kita dan kalian..
Tak akan pernah tahu seperti apa nantinya
Yang kita tahu dan mengerti hanyalah usia
Sedang usia Nabi SAW adalah 63 diakhir hayatnya
Lalu bagamana kita nanti..??

Kita hanya bisa mengira, menduga dan menghitung dengan jari..
Pas kah..??
Kurang..??
Ataukah lebih dari itu..??
Kalaupun lebih, mungkin itu hanya sekedar bonus dari Allah swt untuk kita..
Yang kita bisa hanyalah berusaha untuk tidak salah dalam "melangkah"
Tuk tidak jauh dari Allah Azza Wajalla..

Namun terkadang mengapa Zahir selalu mudah khilaf..
Selalu mudah "terjatuh" padahal tahu..


Ku tak tahu..
Pas..??
Kurang..??
Ataukah lebih..??
Yang kan ku alami kelak..


Terkadang diri ini berfikir sejenak, ternyata hanya sebentar kita "disini"

Hanya beberapa tahun lagi disini..
Bagaimana ini..
Sedangkan jiwa raga ini raja nya Pendosa..
Setiap saat selalu dalam keadaan hina dina..


Yaa Raabii..
Hanya kepada engkaulah sebaik-baiknya tempat kembali.. 

Terjagakanlah aku, kamu, kita dan kalian atas rahmat serta inayahmu..
Agar semuanya tak sia-sia dalam menghadapmu..



                                                                                           -syarif alfarisi-

Anak Kecil

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=2119457032457138932;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=1;src=link

Ketika kau melihat seorang anak kecil, apakah yang akan ada di benak mu??
Apa yang akan ada di isi kepala mu??
Kesenangan..
Kebahagiaan..
Kebebasan..
Ataukah rasa riang..??

Kesemua itulah yang mungkin, bahkan seringkali melekat pada setiap diri sang anak kecil.
Kadang sempat terfikir, "alangkah indahnya menjadi anak kecil"..
Kadang sempat diri ini merasa iri dengan kelakuan aktivitasnya. Seolah tiada beban di pundaknya.
Oleh sebab itu tak heran sebagian orang berkata, "masa kecil adalah masa-masa yang paling indah"..

Mudah tertawa..
Begitu mudah juga ia menangis..
Yaa mungkin memang seperti itulah sosok sang anak kecil.

Entah keadaan sang orang tuanya susah ataupun senang ia (sang anak kecil) pun tak mau tahu, tak mau ambil pusing dan tak memperdulikannya, asalkan yang penting ia (sang anak kecil) itu bisa mewujudkan segala keinginannya, yaitu : Kesenangan,, Kebahagiaan,, dan Kebebasan untuk dirinya.

Ketika kedua mata ini menatap lagi ke arahnya, sempat hati ini bergumam, "seperti apakah ia nanti".. "mau jadi apakah ia esok".. "bahagiakah ia nanti, terlebih ketika ia dewasa kelak"..
Karena waktu, hari dan tahun terus berjalan..
Masa demi masa.. zaman demi zaman terus berganti tak ayal jiwa dan raga pasti terkena sebab serta akibatnya, dan engkau sang anak kecil berjalan di atas dunia yang tak jelas ini.

Alangkah banyak pelajaran, i'tibar, serta hikmah di balik sebuah sosok sang anak kecil terlebih ketika kita merenunginya di balik itu semua. Apalagi ketika sosok sang anak kecil itu adalah bagian dari hidup diri sendiri, mungkin akan lebih mudah dan banyak lagi i'tibar yang bisa kita petik di dalam sebuah sosok sang anak kecil.

Sungguh bila di tanya atau bahkan sebuah waktu yang berdetak ini tak berjalan, maka diri ini lebih memilih untuk menikmati sebagai sosok sang anak kecil selamanya, karena begitu indahnya masa-masa itu, tiada hampa, tiada kecewa, tiada keluh kesah.. seolah dunia adalah surga selama-lamanya yang tak perlu tahu seperti apakah itu surga.

Kemudian setelah itu hanyalah berlari,, berlari,, dan berlari tanpa henti, dengan celoteh yang ceriwis tanpa masalah, dengan gelak tawa yang tanpa amarah, dan dengan pijakan kedua kaki yang lincah, kesemua itu melebur jadi satu bagian di setiap detik, waktu, dan hari nya. mungkin tiada akan pernah habis kebahagiaan nya. mungkin akan kekal selamanya hingga sebuah kedewasaan lah yang mengusik semuanya. 

Dan pada akhirnya waktu lah yang berkata. Waktu lah yang mengubahnya. Merubah celoteh menjadi diam. Merubah sebuah langkah menjadi hanya berpijak. Merubah gelak tawa yang dulu kadang menjadi sebuah tangis sendu yang haru serta bisu. Dan waktu lah jua yang jadi pemenangnya. Sedang diri ini hanya bisa apa..??

"Duhai engkau sang anak kecil..
Engkaulah sebaik-baik kisah yang melengkapi naungan sanubari ini..
Senyum..
Gelak tawa..
Serta riangan yang terpancar, tak ayal menebar inspirasi di dalam kepala ini"


                                                          -syarif alfarisi-


Apakah Malaikat Kiraman Katibin itu??

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=6585520431299130792

Diterangkan dalam sebuah hadits bahwa manusia dijaga oleh malaikat, salah satunya berada di sebelah kanan sebagai pencatat amal kebaikan tanpa kesaksian yang lain, dan yang satunya lagi berada di sebelah kiri sebagai pencatat amal yang jelek, dan dia tidak akan mencatat amal jelek tanpa kesaksian di sebelah kanannya.

Jika manusia duduk, satu malaikat berada di sebelah kanannya dan malaikat lainnya di sebelah kirinya. Sedangkan jika manusia berjalan, maka satu malaikat berada di belakangnya dan malaikat yang lain berada di depannya, dan jika manusia tidur, malaikat yang satu berada di dekat kepalanya dan yang lain berada di dekat kirinya.

Kesaksian Malaikat
 
Dalam riwayat yang lain dijelaskan, ada 5 malaikat yang menyertai manusia, yaitu:

  • Dua malaikat menjaga pada malam hari.
  • Dua malaikat menjaga pada siang hari.
  • Dan satu malaikat yang tidak pernah berpisah dengannya.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT,

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

Artinya:
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
(QS. Ar-Ra'd: 11).

Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.

Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.

Yang dimaksud malaikat yang bergantian yaitu malaikat malam dan siang yang melindunginya dari jin, setan dan manusia.

Kedua malaikat menulis amal kebaikan dan kejelekan diantara kedua bahunya. Lidahnya sebagai pena, mulutnya sebagai tempat tinta, keduanya menulis amal manusia sampai datang hari kematiannya.

Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya malaikat di sebelah kanan itu lebih dapat dipercaya daripada malaikat di sebelah kiri. Maka jika manusia beramal jelek dan malaikat di sebelah kiri akan menulisnya, maka malaikat di sebelah kanannya berkata kepadanya, 'Tunggu dulu, tunggulah selama 7 jam, jika dia beristighfar kepada Allah jangan kau tulis dan jika dia tidak beristighfar maka tulislah satu kejelekan.'"

Maka ketika dicabut nyawa manusia dan diletakkan dalam kuburnya, kedua malaikat berkata,
"Wahai Tuhanku, Engkau telah menyerahkan kepada kami hamba-Mu untuk menulis amalnya dan sungguh Engkau telah mencabut ruhnya, maka ijinkanlah kami naik ke langit."

Maka ALlah SWT berfirman,

"Langit telah dipenuhi dengan malaikat yang membaca tasbih, maka kembalilah kalian berdua dan bertasbihlah kepada-Ku, bacalah takbir dan tahlil, dan tulislah bacaan-bacaan itu untuk hamba-Ku sampai dia dibangunkan dari kuburnya."

Kiraman Katibin

Allah SWT berfirman tentang malaikat Kiraman Katibin,

Aku menanamkan mereka Kiraman Katibin karena ketika menulis amal kebaikan mereka naik ke langit dan memperlihatkannya kepada Allah dan mereka bersaksi atas hal tersebut dengan berkata, "Sesungguhnya hamba-Mu si Fulan berbuat sesuatu kebaikan demikian dan demikian."

Dan ketika menulis atas seorang hamba amal kejelekan, mereka naik dan memperlihatkannya kepada Allah dengan rasa susah dan gelisah.

Maka Allah SWT berfirman kepada malaikat Kiraman Katibin, "Apa yang diperbuat hamba-Ku?"

Mereka diam hingga Allah berfirman untuk yang kedua dan ketiga kalinya, lalu mereka berkata,
"Ya Tuhanku, Engkau Dzat yang mengetahui aib dan Engkau memerintahkan hamba-hamba-Mu agar menutupi aib-aib mereka. Sesungguhnya setiap hari mereka membaca kitab-Mu dan mereka mengharap kami menutupi aibnya."

Lalu malaikat Kiraman Katibin mengatakan yang mereka ketahui tentang apa yang diperbuat seorang hamba.

"Maka sesungguhnya kami menutupi aib-aib mereka dan Engkaulah Dzat Yang Maha Mengetahui aib-aib."

Karena inilah mereka dinamakan Kiraman Katibin (yang mulia di sisi Allah) dan yang mencatat amal perbuatan.

Referensi dari kitab Daqoiqul Akhbar Fii Dzikril Jannati Wan Nar.

Wednesday, December 30, 2015

Aisyah r.a Serta Keluasan ilmunya

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=5788631615695429154

Beliau, Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, atau juga biasa dipanggil dengan al-Shiddiqiyah yang dinisbatkan kepada al-Shiddiq yaitu orang tuanya sendiri Abu Bakar, kekasih Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Seorang wanita mulia dan istimewa di mana sebagian dari ilmu agama kita ini bersumber darinya. Begitu banyak keutamaan dan kemuliaan yang dimilikinya, semoga Allah meridhainya dan mengumpulkannya dengan kekasihnya yang paling dicintainya yaitu Nabi kita Muhammad Shalallahu alaihi wassalam.

Semoga setelah membaca kisah ini hati kita akan tersentuh dan semakin menambah rasa cinta kita kepada istri-istri Beliau. Beberapa keutamaannya tidak dapat dihitung dengan jari sehingga hanya sebagian kecil yang dapat dipaparkan di sini, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kecintaan Rasulullah kepadanya melebihi kecintaannya kepada istri-istri beliau yang lainnya yang semuanya ada 9 orang. Pada suatu ketika Rasulullah ditanya, “Siapakah orang yang paling engkau cintai?” Maka beliau menjawab, “Aisyah.” Hal ini didasarkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Amr bin ‘Ash, di mana dia datang kepada Nabi seraya bertanya,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab,”Aisyah.” Kemudian Amr bin Ash bertanya, ”Siapakah orang lelaki yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, ”Bapaknya (Abu Bakar).” Dia bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab,”Umar ”, yakni Ibnu Al Khaththab, semoga Allah meridhai semuanya.

2. Malaikat menyampaikan salam untuknya bukan hanya sekali. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim darinya (Aisyah), di mana Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya Jibril telah mengucapkan salam untukmu.” Maka aku menjawab, ”Alaihis as-Salam.”

3. Allah telah menurunkan ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan pembebasan dirinya dari tuduhan dusta sebanyak sepuluh ayat dalam surat An-Nuur, di mana di dalamnya Allah menjelaskan bahwa laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik, dan beliau tergolong wanita yang baik, membebaskan mereka dari tuduhan orang-orang yang menyebarkan tuduhan dusta itu, dan memberi kabar gembira bahwa bagi mereka surga, sebagaimana Allah berfirman, ”... dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).“ An-Nuur:26.

4. Pada saat Rasulullah sakit, beliau minta untuk tinggal di kamarnya (aisyah), sehingga dia dapat mengurusnya sampai Allah memanggil ke hadirat-Nya (wafat). Karena itulah, maka Rasulullah meninggal di rumah Aisyah, di mana beliau meninggal dalam pangkuan dan dekapannya. Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan darinya (Aisyah), dia berkata: ”Allah mewafatkan Rasulullah di mana kepala beliau berada di antara paru-paruku dan bagian atas dadaku, sehingga air liur beliau bercampur dengan air liurku.” Bagaimana hal itu bisa terjadi, Abdurrahman saudara laki-laki Aisyah masuk ke rumah mereka, di mana ketika itu dia membawa siwak (alat penggosok gigi), lalu Rasulullah melihatnya. Aisyah memahaminya bahwa beliau ingin bersiwak, dan dia mengambil siwak dari Abdurrahman dan melembutkannya, lalu Rasulullah bersiwak dengannya. Setelah Rasulullah meninggal, maka siwak itu dipakai Aisyah. Inilah pengertian yang dimaksud dengan “air liur beliau bercampur dengan air liurku.”

5. Berdasarkan sabda Rasulullah, ”Keutamaan Aisyah atas wanita yang lainnya bagaikan keutamaan tsarid (roti yang dibubuhkan dan dimasukkan ke dalam kuah) atas makanan-makan yang lainnya.”
Berkenaan dengan keluasan dan keunggulan ilmunya, tidak ada seorang ulamapun yang mengingkarinya. Banyak kesaksian dan pengakuan yang dikemukakan para ulama berkenaan dengan kredibilitas keilmuwan Aisyah. Hal ini menunjukkan betapa luas dan mumpuninya ilmu yang dimilikinya. Di bawah kesaksian empat pakar ilmu pengetahuan dari kalangan ulama terdahulu:

1. Kesaksian putra saudara perempuannya (keponakannya) Urwah bin Zubair tentang kredibilitas dan keunggulan ilmu yang dimiliki oleh Aisyah, sebagaimana yang diriwayatkan putranya Hisyam, ”Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih pintar dalam ilmu fiqih (agama), kedokteran dan syair selain Aisyah."

2. Kesaksian Az-Zuhri yang juga berkenaan dengan kredibilitas dan keunggulan ilmu yang dimiliki Aisyah, seraya berkata, ”Seandainya diperbandingkan antara ilmu Aisyah dengan ilmu seluruh istri Nabi dan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu Aisyah jauh lebih unggul.”

3. Kesaksian Masruq berkenaan dengan ilmu yang dimiliki Aisyah yang berkenaan dengan masalah faraidh, sebagaimana yang terungkap dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Abu Darda darinya seraya berkata, “Aku melihat para syeikh dari kalangan sahabat Rasulullah bertanya kepada Aisyah tentang faraidh (ilmu waris)"

4. Kesaksian Atha’ bin Rabah, di mana ketika Allah berfirman, maka Aisyah merupakan orang yang paling faham, paling mengetahui dan paling bagus pendapatnya dibandingkan dengan yang lainnya secara umum.

5. Kesaksian Zubair bin Awwam, di mana dia berkata sebagaimana hal ini telah diriwayatkan putranya Urwah, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih pintar tentang Al-Qur’an , hal-hal yang difardhukan, halal dan haram, syair, cerita Arab dan nasab (silsilah keturunaan) selain Aisyah."

Dengan mengemukakan lima kesaksian yang dipaparkan oleh para ulama besar dari kalangan sahabat dan tabi’in cukuplah sebagai bukti yang menunjukkan kredibilitas dan keunggulan ilmu yang dimiliki oleh Aisyah dibandingkan dengan ilmu yang dimiliki oleh para Sahabat Rasulullah dan para tabi’in lainnya.

Aisyah meninggal pada bulan Ramadhan yang agung tepat pada tanggal 17 Ramadhan, pada usia 66 tahun, dan dimakamkan di Al-Baqi’ kawasan pemakaman yang terletak di kota Madinah. Hal ini sesuai dengan wasiatnya, di mana beliau berwasiat agar dimakamkan di temnpat pemakaman istri-istri Rasulullah. Semoga Allah meridhainya .

 

Sumber: Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia dan Akhirat, Pustaka Azzam.

Tuesday, December 29, 2015

Sesaat saja

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=1224337038710872314

Coba renungkanlah walau hanya sesaat saja..
Bahwa, kenikmatan yang sesungguhnya adalah sehat wal'afiat, makanlah ketika kau lapar, minumlah ketika kau haus, dan tidurlah ketika kau benar-benar merasa mengantuk.

Janganlah mengharapkan sesuatu yang tidak pasti, karena itu hanya akan membuat diri sakit hati. Cinta memang selalu butuh yang namanya pengorbanan, tetapi jangan hanya karena terlalu cinta segalanya harus di korbankan.

Dunia laksana bayangan, bila di kejar maka ia akan menghindar, dan bila kita menghindar maka ia akan mengejar.

Tak semua hati dapat mencintai dengan sekejap, sedang kau tak tahu kemana arah mata hati menatap. Sementara kaki adalah prajuritnya hati, tak hanya berpijak tapi melangkahpun ia bisa. Indahnya paras akan selamanya fana ketika mata zahir yang menatapnya. Namun tidak dengan mata hati yang selalu dapat menatap dan merasakan "perasaan cinta yang abadi".

Segalanya di ciptakan berpasang-pasangan. Entah sesuatu yang hidup, atau sesuatu hal kejadian apapun itu. Seperti pada awalnya berawal pada awal dan pada akhirnya berakhir pada akhir, bertemu untuk awal dan berpisah untuk akhir, berpisah sebab bertemu dan bertemu ujung berpisah, pada awalnya seseorang berani berkorban dan pada akhirnya seseorang berkorban enggan, benci perpisahan berarti benci pertemuan, mau bertemu tercipta berpisah tak ada, sesal tak lepas dari akhir pertama pasti berakhir, tampak senang bertemu dan tampak sedih berpisah, alangkah bahagia seperti awalnya tak seperti akhirnya.

Jika hidupmu ingin terasa manis, maka ikutilah layaknya pohon tebu,, karena pohon tebu itu seringkali tumbuh dengan batang yang lurus.

Jika hidupmu ingin terasa pedas, maka ikutilah layaknya pohon cabe,, karena pohon cabe itu seringkali tumbuh dengan ranting yang bercabang-cabang.

Jika hidupmu ingin terasa pahit, maka ikutilah layaknya pohon pare,, karena pohon pare itu seringkali tumbuh dengan ranting yang berliku-liku.

Cinta yang sesungguhnya adalah cinta yang hakiki, bahkan kita tak akan pernah tersakiti dan tak ada rasa tuk menghianati. Dia bukan hanya tertanam di hati tapi juga di jiwa yang tertuang dalam raga tujuannya hanya satu yaitu SURGA.


                                                                     -syarif alfarisi-

Monday, December 28, 2015

sajak : Rabb

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=4361027096308642368

Rabb,,


Yaa Rabb,,
Bila suatu saat aku terpikat
Jangan biarkan aku tersesat
Bersama penat
Hingga jiwa raga ku khianat

Yaa Rabb,,
Bila suatu saat hati ku jatuh
Jangan biarkan aku merapuh
Hingga khilafku kepadamu merajaiku

Yaa Rabb,,
Bila suatu saat aku harus jatuh cinta
Tunjukilah kepadaku cinta yang semestinya
Yang mengandalkan taqwa bukan rasa yang sia-sia..



                                                              -syarif alfarisi-

Syekh Akbar Abdul Fatah “Si Linggis” Dari Desa Cidahu

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=8817734454806250768

Ia adalah salah seorang wali besar di Tanah Jawa. Sejak muda ia sudah terkenal dengan sebutan “Si Linggis”, karena analisisnya yang sangat tajam setiap kali mengkaji ilmu-ilmu agama dengan pendekatan tasawuf.

Di Desa Cidahu, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1884, lahirlah seorang jabang bayi yang kelak menjadi ulama besar. Orangtuanya memberinya nama Abdul Fatah. Sejak muda ia sudah tertarik pada kehidupan rohaniah dengan menimba ilmu tarekat pada K.H. Sudja’i, guru mursyid Tarekat Tijaniyah, selama tujuh tahun sejak 1903.
 
Selama menjadi santri, Abdul Fatah terkenal dengan sebutan “Si Linggis”, karena analisisnya terhadap berbagai ilmu agama yang sangat tajam. Terutama ketika ia menganalisis dengan menggunakan ilmu nahu dan saraf dengan pendekatan tasawuf. Ia suka belajar dengan membaca berbagai kitab, sehingga beberapa pelajaran yang belum sempat disampaikan oleh gurunya sudah ia kuasai.
 
Suatu hari, ia membaca ayat 17 surah Al-Kahfi, “Barang siapa diberi hidayah oleh Allah, dia termasuk orang yang diberi petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, dia sekali-sekali tidak akan mendapatkan seorang wali yang mursyid.” Ia lalu bertanya kepada Kiai Sudja’i, “Siapakah wali mursyid yang dimaksud dalam ayat ini?” Kiai Sudja’i menjelaskan perihal wali mursyid sebagai guru tarekat, sementara mencari wali mursyid merupakan keharusan. Tapi, karena Kiai Sudja’i mengaku bukan wali mursyid, Abdul Fatah disarankan untuk mencari wali mursyidnya.
 
Maka berangkatlah Abdul Fatah mencari wali mursyid dengan mengunjungi para ulama di Jawa dan Sumatra. Karena belum menemukan, ia lalu mencarinya ke Timur Tengah, khususnya Mekah. Maka pada 1922 ia pun berangkatlah, dengan membawa seluruh anggota keluarganya. Sampai di Singapura, kapal yang mereka tumpangi rusak. Terpaksalah ia bermukim di Negeri Singa itu. Ia tinggal di Kampung Watu Lima, kemudian di Kampung Gelang Serai, selama lima tahun. Di sanalah ia, suatu hari, bertemu Syekh Abdul Alim Ash-Shiddiqy dan Syekh Abdullah Dagistani, yang mengajarkan Tarekat Sanusiyah.
 
Pada 1928, setelah memulangkan keluarganya ke Tasikmalaya, ia berangkat ke Mekah bersama beberapa jemaah haji Indonesia, seperti K.H. Toha dari Pesantren Cintawana, Tasikmalaya, dan K.H. Sanusi dari Pesantren Syamsul Ulum, Gunung puyuh, Sukabumi (lihat Alkisah edisi 17/III/2005, Khazanah). Selama di Mekah, Abdul Fatah bergabung dengan Zawiyah Sanusiyyah di Jabal Qubais, mengaji kepada Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi selama lima tahun.
 
Karena sangat alim, belakangan Abdul Fatah mendapat kepercayaan membaiat atau menalkin murid tarekat yang baru masuk. Selama belajar tarekat kepada Syekh Ahmad Syarif, ia sempat mengalami berbagai ujian. Suatu hari, ketika tengah mengajar, Syekh Ahmad Syarif mengamuk dalam majelisnya. Apa saja yang ada di dekatnya dilempar ke arah murid-muridnya. Semua muridnya lari berhamburan karena takut. Namun, ada seorang murid yang bergeming, tetap diam di tempat. Dialah Abdul Fatah.
 
Kursi Istimewa 
 
Sebagai guru mursyid tarekat, Syekh Ahmad Syarif biasa duduk di kursi istimewa, dan tak seorang pun berani mendudukinya. Mengapa? Sebab, siapa yang berani mendudukinya, badannya akan hangus. Suatu hari Syekh Ahmad memerintahkan Abdul Fatah untuk menggantikannya mengajar. Maka dengan tenang Abdul Fatah duduk di kursi istimewa itu, tanpa ada kejadian apa pun yang mencelakakannya.
 
Akhirnya, pada suatu hari, Syekh Ahmad Syarif memanggilnya. Ia menceritakan, semalam Rasulullah SAW memerintahkan untuk melimpahkan kekhalifahan Tarekat Sanusiyah kepada Abdul Fatah Al-Jawi untuk dikembangkan di negerinya. Sejak itu Abdul Fatah mendapat gelar Syekh Akbar Abdul Fatah. Setelah itu, lebih kurang dua tahun kemudian, Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi pun wafat.
 
Pada 1930, Syekh Akbar Abdul Fatah pulang kampung dengan membawa ajaran Tarekat Sanusiyah, yang di kemudian hari berganti nama menjadi Tarekat Idrisiyah karena tiga alasan. Pertama, untuk berlindung dari tekanan politik kaum kolonialis Belanda. Kedua, kandungan ajaran kedua aliran itu sama, karena Idrisiyah juga merupakan anak Tarekat Sanusiyah, yang sama-sama berguru kepada Syekh Ahmad bin Idris. Ketiga, untuk mendapatkan berkah Syekh Ahmad bin Idris atas keistimewaan lafaz zikirnya yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan Nabi Khidir, yaitu Fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adada ma wasi’ahu ‘ilmullah ....
 
Di Cidahu, Syekh Akbar Abdul Fatah menghadapi berbagai tantangan, baik dari penjajah Belanda maupun para jawara. Namun semua itu ia hadapi tanpa takut sedikit pun. Tiga tahun kemudian ia mulai mendirikan beberapa zawiah di beberapa tempat, terutama di Jawa Barat, masing-masing dilengkapi dengan sebuah masjid, Al-Fatah. Pada 1930, ia sempat berdakwah sampai ke Batavia, singgah di Masjid Kebon Jeruk, kini di kawasan Jakarta Kota. Ia juga sempat mengembangkan tarekat di Masjid Al-Makmur, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
 
Suatu hari ia mengembangkan tarekat di Masjid Al-Falah di Batutulis, kini di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat. Di sana ia juga harus menaklukkan para jawara. Dan sejak itu syiar dakwah Islam terus berkembang. Banyak muridnya yang kemudian mewakafkan tanah untuk digunakan sebagai zawiah. Ia juga membangun sebuah asrama untuk tempat tinggal para santri dari jauh. Di tengah kesibukannya mengajar di Batavia, dua minggu sekali ia menyempatkan diri mengajar di kampung halamannya.
 
Pada 1940, karena pesantrennya di Cidahu sudah tidak bisa menampung jemaah, ia lalu memindahkannya ke Kampung Pagendingan, Kecamatan Cisanyong, Kabupaten Tasikmalaya.
Sebagai wali, Syekh Akbar Abdul Fatah memiliki banyak karamah. Suatu hari, dalam perang kemerdekaan, pasukan Hizbullah, yang terdiri dari para santri pimpinan Syekh Akbar Abdul Fatah, dibombardir oleh pesawat Belanda. Namun, bom-bom itu tidak meledak. Apa pasal? Karena Syekh Akbar Abdul Fatah telah membekali para santrinya dengan air yang telah didoainya. “Air doa” sang wali inilah yang, atas izin Allah SWT, menangkal bom-bom penjajah kafir tersebut.
 
Perampok Arab
Suatu hari seorang nelayan terdampar sampai ke pantai Australia. Ia kemudian berdoa, “Ya Allah, mengapa Engkau asingkan aku yang lemah ini di sini? Padahal, aku hanya bermaksud mencari nafkah buat anak-istriku. Ya Allah, datangkanlah penolong.” Ketika itulah ia melihat seorang ulama bertubuh tinggi besar berpakaian serba putih. Tiba-tiba ia memindahkan perahu nelayan itu ke tempat asalnya. Setelah selamat, nelayan itu menawarkan ikan besar yang baru saja ditangkapnya kepada ulama penolongnya itu.
 
Dengan tersenyum, ulama tersebut berkata, “Aku tidak membutuhkan ikan itu. Jika engkau ingin menjumpaiku dan menjadi muridku, datanglah ke Pagendingan, Tasikmalaya.” Setelah itu ulama tinggi bear itu pun lenyap dari pandangan mata. Selang beberapa minggu kemudian, nelayan itu datang ke Pesantren Pagendingan. Di sana ia bertemu seorang ulama yang fisik dan gerak-geriknya persis seperti yang ia lihat di pantai Australia. Ia tiada lain adalah Syekh Akbar Abdul Fatah.
 
Karamah yang lain terjadi ketika Syekh Akbar Abdul Fatah berada di Mekah. Suatu hari ia ingin berziarah ke makam Rasulullah SAW di Medinah. Membawa bekal secukupnya, bersama beberapa kiai dari Jawa, ia berjalan kaki menuju Medinah. Di tengah perjalanan, rombongan itu dihadang perampok bersenjata lengkap. Rombongan peziarah itu terkepung oleh perampok yang mengendarai kuda dengan menghunus pedang. Syekh Akbar lalu memerintahkan rombongannya melepaskan apa saja yang ada di tangannya ke kanan dan kiri, sebagai kepasrahan seorang hamba yang lemah tak berdaya.
 
Sambil melepaskan apa yang dimiliki, Syekh Akbar berteriak dengan suara lantang, ”Ash-shalatu was salamu ‘alaika ya Rasulallah! Qad Dhaqat hilati, adrikni ya Rasulallah!” (Selawat dan salam serajahtera atas Tuan, wahai Rasulullah! Mohon lenyapkan rintangan jalan kami menuju engkau, wahai Rasulullah!). Ajaib! Kontan para perampok itu berteriak-teriak kesakitan sambil memegang leher mereka, “Ampun ya Syekh Jawa, ampun ya Syekh Jawa! Panas, panas!"
 
Pemimpin perampok itu lalu minta maaf, mohon dibebaskan dari siksaan. Maka Syekh Akbar pun mendekati dan menepuk pundak para perampok itu satu per satu. Barulah rasa sakit karena panas tak terkirakan di tenggorokan itu reda. Seketika itu pemimpin perampok menyatakan bertobat, dan bersedia mengantarkan rombongan ke mana saja. “Kalian adalah bangsa Arab yang berdekatan dengan kampung Rasulullah SAW, sedangkan kami datang dari negeri yang sangat jauh – tapi demi berziarah kepada Rasulullah SAW. Tidakkah kalian malu melakukan hal yang tidak terpuji ini? Sudah sepantasnya kalian lebih berbangga daripada kami, karena negeri kalian dikunjungi banyak orang dari seluruh pelosok negeri."
 
Syekh Akbar Abdul Fatah wafat pada 1947 dalam usia 63 tahun, dimakamkan dalam kompleks Pesantren Al-Fathiyah al-Idrisiyah, Jalan Raya Ciawi Km 8, Kampung Pagendingan, Kecamatan Cisanyong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sejak itu pemimpin Tarekat Idrisiyah diserahkan kepada Syekh Akbar Muhammad Dahlan. Pada 11 September 2001 Syekh Dahlan wafat, dan tongkat kepemimpinan tarekat diserahkan kepada Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan.
 
"wallahu'a'lam bisshawwab"

Sunday, December 27, 2015

Iblis Yang berjubah Wali

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=6331685665932639945

Saya mau curhat sedikit. Seperti yang rekan-rekan lihat, judulnya saya akui memang agak provokatif. Bagaimana tidak? Sebab figur IBLIS dan WALI memiliki kontradiksi dalam segala hal. Mata orang awam bahkan sudah dapat menilai dengan tegas dan jelas, mana yang WALI dan mana yang IBLIS. 

Tapi kawan, ada kalanya dalam hidup ini batas antara “kewalian” dan “iblisisme” itu menjadi begitu samar dan rabun. Batas yg seharusnya jelas itu, bahkan tampak seperti kabut di pagi hari. Sejuk terasa dikulit, tapi menghalangi kejernihan pandangan mata. Bukankah jauh lebih berbahaya bila kita menempuh suatu perjalanan dengan mata yang terhalang? Ketimbang kita terlena dengan sejuknya perjalanan, jauh lebih selamat bila kita dapat melihat jalur apa yang sedang kita lalui. 

Ada satu kisah menarik, anda tahu salah seorang sahabat Nabi saw yang bernama Ibnu Umi Maktum? Nama beliau adalah Abdullah. Dan beliau seorang sahabat yang tunanetra. Namun demikian, beliau terkenal sebagai seorang yang gigih keimanan dan keislamannya serta LURUS jalan hidupnya. Oleh karena itu, setiap Nabi saw memimpin ghazwah, beliau meminta Ibnu Umi Maktum menjadi wali kota di Madinah menggantikan tugas-tugas kenegaraan beliau.

Nah, sebagai seorang tunanetra, tentu sahabat Ibnu Umi Maktum ini memiliki ketergantungan kepada bantuan orang lain dalam banyak hal, termasuk sholat jamaah di masjid. Setiap hari, setiap akan shalat, beliau selalu berangkat bersama seorang sahabat. Hal itu berlangsung lama, sampai Allah menakdirkan sahabat yang selalu menemani beliau ke masjid meninggal. Setelah “sang pengantar” meninggal, Ibnu Umi Maktum menemui kesulitan untuk ke masjd, ditambah lagi, rumah beliau juga cukup jauh dari masjid. Maka suatu hari, beliau menemui Nabi saw dan bertanya : “Ya rasulullah, bolehkah saya shalat dirumah saja. Saya seorang yang buta, sulit bagi saya untuk selalu ke masjid.”

Mendengar hal itu, Yang Mulia Nabi saw bersabda : “Apakah engkau masih bisa mendengar suara azan? (maksudnya: engkau memang buta, tapi apa juga tuli?).”

Ibnu Umi Maktum menjawab : “Sungguh saya msih sangat mendengar setiap seruan azan yang dikumandangkan ya Rasulallah.”

Lalu Nabi bersabda : “Kalau begitu, datanglah untuk selalu berjamaah bersama kami.”

Setelah mendengar sabda Nabi saw, Ibnu Umi Maktum “melihat” ia tidak punya pilihan lain selain taat pada Rasulullah saw.
 
Esok subuh, mendengar alunan suara Bilal, Ibnu Umi Maktum segera berangkat ke masjid. Namun malang, karna tidak mampu melihat, maka ia tersandung batu dan terjatuh hingga keningnya berdarah. Saat berusaha bangkit itulah, ada seseorang yang menolong dan mengantarnya ke masjid. sang penolong, yang ternyata masih muda itu juga mengantar Ibnu Umi Maktum setelah selesai jamaah sampai ke rumah. Tidak hanya itu, ia juga bahkan berjanji esok, lusa, dan seterusnya untuk mengantar dan menjemput Ibnu Umi Maktum ke masjid dan dari masjid.

“Mengapa kau begitu baik padaku?” tanya sahabat yang buta ini

“Ah, tak apa. Kita memang harus saling menolong antar sesama mahluk Allah” jawab sang pemuda.

“Kalau begitu tolong beritahu aku siapa namamu anak muda..” pinta Ibnu Umi Maktum.

“Untuk apa?” tanya sang pemuda.

Ibnu Umi Maktum tersenyum, “Aku akan bedoa kepada Allah agar kau selalu diberi rahmat dan lindungan-Nya. Aku juga akan memohon kepada Rasulullah agar ia juga mendoakanmu. Sekarang katakan siapa namamu?”

“Oh, tidak usah seperti itu. Tidak apa-apa. Anda tidak perlu repot-repot mendoakan dan memperdulikan saya, nanti saat masuk waktu zhuhur saya akan kembali, sekarang saya permisi dulu.” Sang pemuda minta izin.

“Anak muda. Kalau kau berkeras tidak memberi tahu namamu. Aku bersumpah demi Allah, aku juga tak mau dan tak butuh bantuanmu.” ancam Ibnu Umi Maktum.

Melihat kekerasan dan kebulatan tekad Ibnu Umi Maktum, sang pemuda akhirnya mengalah “Baiklah, perkenalkan…akulah yang disebut IBLIS.”
Ibn Umi Maktum kaget, “Jangan main-main kamu terhadap orang tua!”

“Aku tidak main-main atau berdusta. Aku adalah IBLIS. Aku yang telah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga.”

Ibn Umi Maktum terdiam sesaat, lalu bertanya “Kalau kau memang IBLIS, seharusnya kau menghalangiku untuk beribadah ke masjid kenapa malah MENOLONG dan MEMPERMUDAH ibadahku?”

“Wahai Abdullah, sesungguhnya saat kau terjatuh tadi, Allah swt berfirman, (Hambaku terjatuh untuk menuju-Ku. Darahnya mengalir untuk menemui ridha-Ku. Maka saksikanlah wahai para malaikat, setiap ia terjatuh…hapus lah setengah dari dosa-dosanya dan naikkan derajatnya). Dengan sekali jatuh, Allah mengampuni setengah dosamu. Aku menolongmu, sebab aku khawatir bila kau jatuh untuk kedua kali, maka dosa-dosamu akan diampuni semuanya. Aku tidak bisa membiarkan itu. Biarlah aku membantumu dengan harapan, setengah dari dosamu sudah cukup untuk menyeretmu menjadi golonganku.”

"Apa yang dapat kita petik? Ada kalanya terkadang IBLIS itu menghiasi perbuatan buruk seolah-olah ia adalah satu kebaikan. Ada kalanya IBLIS menjadikan perkara yang sunnah, mengalahkan perkara yang wajib. Memelihara janggut bisa dikategorikan sunnah, tapi manfaatkah hal itu kalau kita kemudian mencela saudara seagama yang tidak berjanggut? Padahal memelihara ukuwwah adalah perkara yang wajib. Ada kalanya IBLIS, membuat seseorang rajin bribadah, rajin beramal sambil menyesipkan sifat RIYA’ dalam hatinya. Sehingga ia merasa sesoleh WALI, padahal amalannya hanya akan jadi debu di hadapan Allah swt"

"Semoga kita bisa mengambil i'tibar dan hikmah dari kisah di atas"

Hasbunallahu wa ni’mal wakil, ni’mal mawla wa ni’man nashiir..

Sumber:Status Ustadz Mustamid Ibnu Umayyah dengan sedikit editing.

Wanita

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=6728335976859718362

Wanita adalah mahluk terindah yang pernah ada dan tercipta..
Mahluk yang luar biasa, yang tak pernah habis keindahan serta kemolekannya..
Ketika kecantikannya membuat buta hakikat dari sebuah "kelezatan"
Maka terkesan indahlah ia segalanya..terkesan sempurnalah ia..
Begitulah ketika logika dan zahir berkata dan merasakannya..
Indah.. Indah.. dan Indah segala yang ada padanya.

Namun ketika engkau mendekati, mencermati, dan memahaminya dengan Hati, Maka saat itulah engkau merasakan hal yang sama bahkan berbeda-beda namun hakikatnya nanti pada ujungnya akan sama jua. Jika engkau menerimanya dengan hati dan iman maka ia (wanita) akan menjadi mahluk yang terindah di benak kita.. yang selalu terngiang-ngiang dan menari-nari di fikiran. Begitupun sebaliknya, ketika kita menilai nya hanya dengan sebelah mata, maka akan terasa fana lah ia (wanita), indahnya pun hanya sesaat.. rasa jenuh pun mudah hinggap jika bukan iman dan hati yang berucap dan mendekap.

Mau bagaimanapun rupa dan penampilannya jika ia adalah seorang wanita maka saat itulah separuh kebahagiaan kaum adam ada padanya, tinggal bagaimana nanti kaum adam menilainya. Lenggak lenggoknya, cara berjalannya, sengaja atau tanpa sengaja seolah meruntuhkan segalanya. Bahkan seluruh yang ada pada dirinya adalah harga mati orang lain untuk menghargai dan menghormatinya.

Cara berpakaiannya tak ayal membuat fikir bertanya-tanya dan menciptakan segalanya. Cara bicaranya adalah khas dari dalam diri nya. Ketika suatu tempat ada kehadirannya maka menjadi rapihlah keadaannya oleh tangan-tangannya.

Yaa begitulah engkau wahai wanita, engkaulah keindahan yang terindah yang tak pernah habis oleh kata-kata. Hingga kau pun layaknya sebuah tulang rusuk yang jika di luruskan maka ia akan patah, dan jika di biarkan maka ia akan tetap bengkok.. tiada pilihan alias "serba salah". Tiada akan pernah habis sanjungan dan ungkapan tentang mu wahai hawa kaum yang terindah.

"Baik buruknya suatu negeri adalah bagaimana seorang Wanitanya"



-syarif alfarisi-
 

Anak Kecil Yang Mengalahkan Seorang Atheis

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=1375376180892693999;onPublishedMenu=posts;onClosedMenu=posts;postNum=0;src=link

Pada masa hidupnya Imam Hammad yang menjadi guru Imam Abu Hanifah, negara irak mendapat kunjungan seorang ilmuwan atheis yang menjadi utusan raja Romawi. Pada masa tersebut kekhalifahan dikuasai oleh bani Abbasiyyah.
 

Ilmuwan atheis tersebut adalah seorang ilmuwan yang cukup hebat karena dialah orang yeng telah mengalahkan banyak ulama Islam ketika berdebat tentang masalah ketuhanan.

Kedatangan ilmuwan tersebut selain karena menjadi utusan kaisar Romawi untuk suatu keperluan, dia juga punya tujuan lain yaitu untuk menantang berdebat ulama-ulama irak dan bermaksud mengalahkan mereka. Karena merasa pernah mengalahkan ulama-ulama di banyak forum-forum debat, ilmuwan tersebut dengan sombongnya menantang seluruh ulama yang ada di irak untuk berdebat dengannya.

Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, dia meminta pada khalifah irak pada waktu itu untuk membuatkan forum terbuka dan menghadirkan para ulama-ulama irak dalam satu forum debat terbuka, dan permintaannya tersebut dikabulkan oleh khalifah.

Setelah forum diadakan, para ulama irak yang merasa risih dengan kesombongan ilmuwan atheis tersebut, satu persatu mereka maju untuk berdebat dengan ilmuwan tersebut. Namun sayang, ternyata ilmuwan tersebut sangat pandai bermain retorika dengan logika-logika yang cukup tajam, sehingga para ulama-ulama irak yang hadir bisa dikalahkan olehnya.

Setelah semua ulama bisa dikalahkan, dengan sombong ilmuwan atheis tersebut berkata; “Adakah ulama lain yang lebih hebat selain mereka??”.

Mendengar pertanyaan dari ilmuwan tersebut, salah seorang yang hadir dalam forum tersebut angkat bicara; “Ada satu lagi ulama kami yang sangat alim dan hari ini beliau tidak datang kesini, beliau adalah syaikh Hammad”.

Mendengar jawaban tersebut, ilmuwan atheis itu meminta kepada khalifah untuk mengundang syaikh Hammad supaya bersedia menghadapinya berdebat.

Mendengar permintaan ilmuwan tersebut, khalifah segera mengutus seorang kurir untuk mengundang syaikh Hammad agar hadir dalam forum perdebatan yang sudah ditentukan.

Mendapat undangan resmi dari khalifah agar beliau bersedia menghadapi ilmuwan atheis berdebat, syaikh Hammad berpesan kepada kurir untuk disampaikan kepada khalifah agar diberi waktu semalam untuk berfikir, dan khalifah pun mengizinkannya.

Setelah pagi menjelang, syaikh Hammad tampak murung memikirkan tentang perdebatannya dengan ilmuwan atheis nanti. Melihat gurunya tampak murung, salah seorang murid beliau yang tiada lain adalah Imam Abu Hanifah yang saat itu masih kecil, menghampiri gurunya lalu bertanya apa gerangan yang membuat sang guru tampak murung.

Setelah sang guru menceritakan kepada Imam Abu Hanifah an-Nu’man tentang undangan khalifah untuk menghadapi ilmuwan atheis berdebat, Imam Abu Hanifah yang saat itu masih kecil berkata pada gurunya; “Biarkan aku saja yang mengahadapi ilmuwan atheis sombong itu wahai syaikh”.

Mendengar perkataan muridnya, syaikh Hammad terkejut lalu berkata; “Kamu masih kecil wahai Nu’man, sedangkan ilmuwan atheis tersebut adalah orang yang sudah berpengalaman dalam berdebat dan telah banyak mengalahkan para ulama”.

Imam Abu Hanifah kecil berkata; “Wahai syaikh….semalam aku bermimpi agak aneh”.

Mendengar jawaban dari muridnya syaikh Hammad berkata; “Mimpi apa kamu semalam?”.

Mendengar pertanyaan dari gurunya tersebut, Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Semalam aku bermimpi melihat bangunan yang cukup luas dan penuh dengan keindahan”.

“Di dalam bangunan tersebut terdapat sebuah pohon besar dan sangat lebat sekali buahnya”.
“Tiba-tiba, dari salah satu sudut bangunan tersebut keluarlah seekor babi hutan yang lalu babi hutan tersebut memakan seluruh buah yang ada pada pohon tersebut”.

“Setelah seluruh buah dalam pohon tersebut habis dilahapnya, babi tersebut lalu memakan seluruh daun-daun juga ranting-rantingnya, sehingga tidak tersisa kecuali tinggal batang pohon itu sendiri”.

“Setelah tinggal batangnya yang tersisa, tiba-tiba keluarlah seekor singa dari pohon tersebut lalu di bunuhlah babi hutan tersebut oleh sang singa”.

Setelah bercerita tentang mimpinya semalam, Imam Abu Hanifah kecil lalu berkata; “Wahai syaikh, sesungguhnya Allah Ta’ala telah menganugrahiku ilmu menafsirkan mimpi. Mimpi saya ini adalah pertanda baik bagi kita dan menjadi pertanda buruk bagi musuh-musuh kita, jika syaikh berkenan, saya akan menyampaikan tafsir dari mimpi ini”.

Mendengar penuturan muridnya, syaikh Hammad lalu berkata; “Katakan kepadaku apa tafsir dari mimpimu tersebut wahai Nu’man”.

Imam Abu Hanifah kecil lalu berkata; “Bangunan yang besar tersebut adalah agama Islam, pohon besar yang berbuah tersebut adalah para ulama, sedangkan batang yang tersisa dari pohon tersebut adalah engkau wahai syaikh”.

“Babi hutan tersebut adalah ilmuwan atheis, sedangkan singa yang keluar dari batang pohon tersebut adalah aku”.

Setelah menjelaskan tafsir mimpinya kepada sang guru, Imam Abu Hanifah kecil lalu berkata; “Izinkalah saya wahai syaikh untuk menghadapi ilmuwan atheis tersebut”.

Mendengar penuturan muridnya, syaikh Hammad berkata; “Kalau memang demikian, mari kita berangkat memenuhi undangan khalifah sekarang juga…tetapi nanti kalau ditanya oleh ilmuwan tersebut kamu ini siapa, apa yang harus saya katakan??”.

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Katakan saja saya ini adalah orang yang membawakan sepatu engkau wahai syaikh”.

Setelah berkata demikian, bergegaslah guru dan murid tersebut ke tempat yang sudah ditentukan untuk forum perdebatan. Sesampainya di tempat tersebut, ilmuwan atheis terlihat sedang berjalan menuju mimbar utama yang ada di tempat tersebut. Setelah berada di atas mimbar, ilmuwan atheis tersebut dengan sombongnya berkata; “Siapa diantara kalian yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?”.

Mendengar ucapan congkak dari ilmuwan atheis, imam Abu Hanifah kecil segara berdiri lalu berkata; “Katakan saja apa pertanyaanmu, nanti pasti akan ada yang menjawab”.

Melihat ada anak kecil yang dengan lantang menyambut sesumbar dari ilmuwan atheis, para hadirin yang ada dalam forum tersebut termasuk ilmuwan dan juga khalifah bertanya-tanya, siapakah gerangan anak kecil yang lantang dan pemberani ini??.

Ilmuwan atheis berkata; “Siapa engkau wahai anak kecil, kok berani-beraninya berbicara denganku??”.

“Banyak orang yang jauh lebih tua darimu, orang-orang yang punya sorban besar, pemilik baju-baju megah, pemakai jubah-jubah longgar yang telah saya taklukan, jadi bagaimana mungkin engkau yang masih anak-anak dan masih ingusan berani lantang bicara seperti itu di depanku??”

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Allah Ta’ala tidak meletakkan kemuliaan dan keluhuran pada sorban-sorban besar, pada baju-baju megah, ataupun pada jubah-jubah longgar, melainkan Allah Ta’ala meletakan kemuliaan dan keluhuran pada diri para ulama”.

Ilmuwan atheis berkata; “Apakah engkau yang akan berdebat denganku wahai anak kecil??”.

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Iya, dengan pertolongan Allah saya akan berdebat denganmu wahai atheis”.

Ilmuwan atheis berkata; “Oke kalau begitu, sekarang jawab pertanyaanku…..Apakah Allah itu ada wahai anak kecil?!”.

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Iya ada”.

Ilmuwan atheis berkata; “Dimana Ia berada??”.

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Allah tidak bertempat wahai atheis”.

Ilmuwan atheis berkata; “Bagaimana bisa sesuatu yang tidak bertempat bisa kamu katakana ada??!”.

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Jawaban tentang pertanyaanmu ada pada tubuhmu”.

Ilmuwan atheis berkata; “Apa itu?”.

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Apakah di dalam tubuhmu terdapat ruh wahai atheis??”.

Ilmuwan atheis berkata; “Iya ada”.

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Dimana letak ruhmu??, apakah di kepalamu?, atau di perutmu?, ataukah di kakimu??!”.

Mendengar jawaban dari Imam Abu Hanifah kecil ilmuwan atheis tersebut kebingungan untuk menjawab, sambil menunggu ilmuwan atheis menemukan jawaban atas pertanyaan Imam Abu Hanifah kecil, ia meminta kepada panitia untuk dibawakan segelas susu.

Setelah susu diberikan kepada beliau lalu beliau meminumnya sedikit, imam Abu Hanifah kecil berkata; “Apakah di dalam susu ini terdapat lemak wahai atheis?”.

Ilmuwan atheis berkata; “Iya tentu ada”.

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Dimana letak lemak tersebut wahai atheis?, apakah di atas permukaan susu ataukah di bawahnya?”.

Mendengar pertanyaan dari Imam Abu Hanifah kecil, wajah ilmuwan atheis terlihat pucat pasi, sangat kentara raut kebingungan di wajahnya.

Melihat rona kebingungan dari ilmuwan atheis, imam Abu Hanifah kecil berkata; “Sebagaimana tidak ditemukannya tempat bagi ruh di dalam tubuh juga tempat lemak di dalam susu, begitu juga tidak akan ditemukan tempat bagi Allah di alam semesta yang merupakan ciptaannya ini”.

Setelah mendengar penuturan dari Imam Abu Hanifah kecil yang membuatnya kebingungan untuk menjawab, ilmuwan atheis tersebut berkata; “Oke kalau begitu, sekarang jawab pertanyaanku berikutnya…..apa yang ada sebelum Allah ada dan apa yang ada setelah Allah??”.

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Tidak ada yang sebelum Allah dan tidak ada yang setelah-Nya”.

Ilmuwan atheis berkata; “Bagaimana penggambarannya sesuatu yang ada tapi tidak ada sebelumnya dan tidak ada pula setelahnya??”.

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Jawaban untuk pertanyaanmu ini, juga ada dalam tubuhmu wahai atheis”.

Ilmuwan atheis berkata; “Apa itu wahai anak kecil??”.

Imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Apa yang ada sebelum jempolmu wahai atheis dan apa yang ada setelah jari kelingkingmu??”.

Ilmuwan atheis berkata; “Tidak ada apa-apa sebelum jempolku dan tidak ada apa-apa pula setelah kelingkingku”.

Imam Abu Hanifah kecil berkata; “Maka begitu juga Allah Ta’ala, tidak ada apa-apa sebelum-Nya dan tidak ada apa-apa pula setelah-Nya”.

Setelah mendengar penuturan imam Abu Hanifah yang cukup tajam, ilmuwan atheis tersebut berkata; “Oke….saya masih punya satu pertanyaan lagi untukmu wahai anak kecil”.

Imam Abu Hanifah kecil berkata; “Saya menjawab pertanyaanmu Insya Allah”.

Ilmuwan atheis berkata; “Pertanyaan terakhir saya adalah, apa yang saat ini sedang dilakukan oleh Allah??”.

Mendengar pertanyaan ilmuwan atheis tersebut, imam Abu Hanifah kecil berkata; “Sebelum saya menjawab pertanyaanmu, apakah tidak sepantasnya bagi orang yang menjawab untuk berada di atas mimbar dan orang yang bertanya berada di bawah mimbar?!”.

Mendengar penuturan Imam Abu Hanifah kecil yang cukup mengejutkan tersebut, dengan langkah gontai ilmuwan atheis bergegas turun dari mimbar dan dengan langkah mantap, naiklah imam Abu Hanifah kecil di atas mimbar.

Setelah Imam Abu Hanifah kecil duduk di atas mimbar, beliau meminta kembali pada ilmuwan atheis untuk mengulangi pertanyaannya sekali lagi.

Setelah ilmuwan atheis mengulangi lagi pertanyaannya, dengan tenang dan tegas imam Abu Hanifah kecil menjawab; “Yang dilakukan Allah Ta’ala saat ini adalah menjatuhkan derajat orang-orang sesat sepertimu dari atas ke bawah, dan meninggikan derajat orang-orang yang berada dalam kebenaran seperti aku dari bawah ke atas”.

"Diterjemahkan secara bebas dari salah satu kisah yang ada dalam kitab Fath al-Majid karya Syaikh Nawawi al-Bantani"

Saturday, December 26, 2015

"Rasheed".. Mengajak Teman Masuk Kristen Malah Menunjukkanku Pada Islam

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=1985942361283187358;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=1;src=link

Namaku Rasheed. Aku berasal dari Florida, Amerika. Usiaku 24 tahun. Aku masuk Islam pada Desember 2004, saat itu aku baru berumur 17 tahun. Saat ini ku bekerja sebagai tekhnisi lab mata.

Aku ingin bercerita tentang bagaimana aku masuk Islam, dan mungkin memberikan sedikit nasehat bagi mereka yang tengah mencari jalan hidupnya, InsyaAllah.
Sama seperti anak gereja kecil lainnya, aku dibesarkan di Gereja Baptis daerah Selatan. Aku rajin mengunjungi gereja secara rutin, mempelajari injil dan melakukan pelayanan sehingga ku tahu kitabku. Aku tidaklah pintar, tetapi cukup mengetahui untuk seorang anak berusia 13 hingga 17 tahun ketika ku mempelajari agamaku.


Bagaimana Persepsiku Terhadap Islam

Sebelum memeluk Islam, aku sangat mengimani kepercayaan kristen akan trinitas, sebagaimana seorang Baptis dari Selatan, dan aku sangat teguh dengan kepercayaan ini. Aku tidak mengetahui banyak tentang Islam untuk memiliki pendapat. Ku pikir waktu itu semacam ketidak acuhan diri karena bagaimana media memberitakan tentang Islam. Sehingga ku tak ingin mengetahui Islam, ku takut akan apa yang mungkin aku pelajari jadi ku berpikir sebagaimana yang diberitakan oleh media pada dasarnya.
Mengetahui bahwa orang terdekat meninggalkan kepercayaan yang sangat aku cintai sangat membuatku tersinggung. Aku tidak tahu banyak tentang Islam, tetapi sebenarnya aku telah melakukan pekerjaan yang adil terhadap agama lain seperti budha, hindu dan hal itu kulakukan murni karena ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap budaya timur. Karena dibesarkan dengan kepercayaan kristen, mempelajari alkitab sehingga kita akan mendapatkan informasi dasar tentang Yahudi karena Perjanjian Lama tercantum dalam alkitab. Jadi, ku tahu sedikit mengenai Yahudi, hal-hal dasar tentang Hindu dan Budha, Taoisme meski tidak banyak, dan sedikit Shinto. Sehingga awalnya ku melihat dan mengetahui dasar-dasar agama-agama besar lainnya.

Ku tak pernah melakukan perjalanan untuk mencari kebenaran, karena dibesarkan di gereja secara teguh seperti yang kujalani, ku berpikir bahwa aku sudah menemukan kebenaran. Jadi yang sebenarnya terjadi adalah ada seorang teman sekolah yang ingin berpindah agama, saat itu kami adalah teman baik. Tetapi dibesarkan di lingkungan kristen, dan kemudian mengetahui bahwa seorang teman yang sama-sama bersekolah bersama meninggalkan agama yang kucintai, benar-benar membuatku terpukul mengapa ia memilih meninggalkan agama ini. Akhirnya aku menganggap hal itu secara pribadi seperti layaknya ku melakukan perang salib untuk membawanya kembali ke gereja, memberikannya kesaksian dan segala halnya, tapi tanpa mengetahui apapun tentang agama yang ia anut sekarang.

Aku melakukan usaha terbaikku, dan melalui apa yang harus kulakukan akhirnya yaitu meneliti Islam sendiri dan dengan bertanya padanya juga, sebagaimana nanti kita akan melakukan berbagai debat tentang doktrin-doktrin. Akhirnya kami banyak melakukan diskusi, dia banyak mengajariku berbagai hal tentang Islam, dan ku tak dapat berkata banyak karena ku tak mengetahui sebelumnya, semua hal tampak masuk akal bagiku, dan ku tak bisa berkata-kata. Ketika hal ini berlangsung, sebenarnya adalah misiku untuk membawanya keluar dari Islam, namun justru aku yang tertarik pada Islam, Alhamdulillah.

Yaa, aku tidak pergi mencari kebenaran seperti kebanyakan orang. Tetapi kukira Allah menunjukkanku pada Islam dengan cara-Nya, Alhamdulillah.


Hidup Setelah Islam

Ku bisa benar-benar jujur dan berkata bahwa hidupku belum sepenuhnya berubah karena bagaimana ku dibesarkan, seperti sering pergi ke gereja. Gaya hidupku tidak berubah banyak. Aku hanya menjalani ibadah-ibadah harian dan berhenti memakan babi. Ku tidak menikmati alkohol pada saat itu, sehingga ku tak perlu benar-benar meninggalkannya.
Mempercayai Tuhan dalam konsep trinitas aku selalu menerimanya karena itu yang kita percayai, tetapi kau tidak memahaminya. Jadi jika kau tidak memahami akan sesuatu, bagaimana mungkin kau dapat mengatakan bahwa kau mempercayainya? Aku dapat mengatakannya dengan percaya diri bahwa ku tak pernah benar-benar percaya pada Konsep Tuhan yang tiga. Ku percaya adanya Tuhan, tetapi yang berubah adalah kepercayaanku terhadap Yesus, semoga keberkahan selalu bersamanya, dalam hubungannya terhadap Tuhan dan juga terhadap kita. Itulah yang benar-benar berubah.


Jalan Hidup Yang Lengkap

Jangan khawatir dan letakkan kepercayaan kita pada Tuhan. Dari lubuk hatiku yang harus kukatakan adalah lakukan saja, karena menurutku berbicara dengan alasan adalah satu-satunya cara dalam hidup yang harus orang ikuti. Ini adalah cara hidup yang paling lengkap yang tak akan ada di agama lainnya. Islam adalah ajaran yang paling logi, dan cara hidup yang dianjurkan sekaligus diperintahkan oleh Tuhan adalah cara hidup yang sempurna.
Saran saya hanya untuk memastikan bahwa apa yang Anda inginkan untuk diri Anda, lakukan saja. Jangan khawatir dan simpan kepercayaanmu pada Tuhan. Dan juga, jika Anda telah memiliki teman muslim dan saling berkomunikasi, mintalah padanya untuk mengajarkan Anda tentang Islam. Dan jangan malu untuk memintanya mengajak Anda ke mesjid yang biasa ia kunjungi dan berbicara dengan Imam atau dengan orang yang memiliki pengetahuan lebih tentang Islam dalam jemaah mereka.

Bagi Anda yang telah memutuskan untuk mengambil jalan ini, Selamat! Anda akan selalu ada dalam doa saya agar selalu diberi petunjuk dan kesuksesan di dalam hidup ini dan juga di akhirat kelak, kehidupan yang sesungguhnya.

Saran saya lainnya, waspadalah dari mana Anda mendapat informasi. Jangan terburu-buru bergabung dengan sebuah sekte yang menggembar-gemboran berbagai slogan dan hal lainnya. Pelajarilah informasi yang didapat, secara perlahan-lahan, ini adalah awal dari jalan kebenaran. Anda baru saja mulai. Anda tidak akan mendapat kebenaran yang utuh hanya dalam setahun. Gunakanlah waktu Anda. Pastikan untuk selalu memurnikan niat Anda, dan apapun yang kita lakukan hanya untuk Allah dan untuk beribadah pada-Nya.

Saudaraku seagama, dan semoga juga saudara-saudara muslimku yang baru, ku berharap apa yang kusampaikan dapat bermanfaat dalam cara apapun, InsyaAllah, dan menginspirasi untuk memeluk Islam dan terus istiqomah dalam jalan ini.


Sebutlah ku dalam doa-doa kalian.[wn/onIslam]