Wednesday, February 24, 2016

Dialog Mata Dan Hati

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6350621372319428354#editor/target=post;postID=7335188279688169404;onPublishedMenu=posts;onClosedMenu=posts;postNum=0;src=link

 Sebuah Cerita tentang dialog antara mata dan hati 


Mata adalah penuntun dan hati adalah pendorong dan penuntut. Mata memiliki kenikmatan pandangan dan hati memiliki kenikmatan pencapaian. Dalam dunia nafsu keduanya merupakan sekutu yang mesra, dan jika terpuruk ke dalam kesulitan dan keduanya bersekutu dalam cobaan, maka masing-masing akan mencela dan mencaci yang lain.

Hati Berkata kepada Mata

Hati berkata kepada mata, “Kaulah yang telah menyeretku kepada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman itu,
kau mencari kesembuhan dari kebun yang tidak sehat, kau salahkan firman Allah, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya’, kau salahkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ﺍﻟﻨﻈﺮﺓ ﺳﻬﻢ ﻣﻦ ﺳﻬﺎﻡ ﺇﺑﻠﻴﺲ ﻣﺴﻤﻮﻣﺔ ﻓﻤﻦ ﺗﺮﻛﻬﺎ ﻣﻦ ﺧﻮﻑ ﺍﻟﻠﻪ
ﺃﺛﺎﺑﻪ ﺟﻞ ﻭﻋﺰ ﺇﻳﻤﺎﻧﺎ ﻳﺠﺪ ﺣﻠﺎﻭﺗﻪ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻪ

“Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya yang akan didapati kelezatannya di dalam hatinya.” (HR. Ahmad)

Umar bin Syabbata berkata, “Kami diberitahu Ahmad bin Abdullah bin Yunus, kami diberitahu Anbasah bin Abdurrahman Al-Qurasyi, kami diberitahu Abul-Hasan Al-Madany, kami diberitahu Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘slaihi wa sallam bersabda, “Pandangan laki-laki terhadap keelokan wanita adalah panah dari berbagai macam panah iblis yang beracun. Barangsiapa menghindar dari panah itu, maka Allah akan menggantinya dengan ibadah yang membuatnya dia senang.”

Lalu adakah orang yang lebih tercela daripada orang yang terkena panah beracun? Apakah engkau tidak tahu bahwa tidak ada yang lebih berbahaya bagi manusia selain dari mata dan lidah? Tidak ada kerusakan yang lebih banyak selain daripada kerusakan yang diakibatkan mata dan lidah. Berapa banyak kebinasaan yang disebabkan mata dan lidah? Barangsiapa ingin hidup bahagia dan terpuji, maka hendaklah dia menahan ujung pandangan matanya dan lidahnya, agar selamat dari bahaya, karena mata menyimpan kelebihan pandangan dan lidah menyimpan kelebihan bicara.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan bahwa dua mata itu bisa berzina. Keduanya merupakan permulaan zina kemaluan, penuntun dan pendorongnya. Beliau pernah ditanya tentang pandangan secara tiba-tiba. Maka beliau memerintahkan orang yang bertanya itu untuk mengalihkan pandangannya. Beliau memberi petunjuk kepada yang bermanfaat baginya dan menghindari apa yang mendatangkan mudharat (bahaya) baginya. 

Beliau juga bersabda kepada Ali bin Abu Thalib, “Janganlah engkau susuli pandangan dengan pandangan lagi.” Inilah perkataan para ulama, “Siapa yang mengumbar pandangannya akan menuai akibatnya. Siapa yang berlama-lama memandang, penyesalannya juga akan terus berkelanjutan, hilang waktunya dan berkerpanjangan deritanya.”

Seorang penyair berkata, Mata yang beradu mata dalam pandangan adalah jalan kerusakan ke dalam hati beberapa saat terjadi peperangan hingga berlumuran darah dan mati. Penyair lain berkata, Wahai kedua mata, kau nikmati pandangan lalu kau susupkan kepahitan ke dalam hati jangan lagi kau ganggu hati ini berbuat lalim dengan sekali tebasan.

Sanggahan Mata terhadap Hati

Mata berkata, “Kau zhalimi aku sejak awal hingga akhir. Kau kukuhkan dosaku lahir batin. Padahal aku
hanyalah utusanmu yang selalu taat dan penuntun yang menunjukkan jalan kepadamu.” “Engkau adalah raja yang ditaati. Sedangkan kami hanyalah rakyat dan pengikut. Untuk memenuhi kebutuhanmu, kau naikkan aku ke atas kuda bi nal, disertai ancaman dan peringatan. Jika kau suruh aku untuk menutup pintuku dan menjulurkan hijabku, dengan senang hati akan kuturuti mpin manusia dan hakim yang adil. 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah membuat keputusan bagi diriku dengan bersabda,

ﺃﻟﺎ ﻭﺇﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﺴﺪ ﻣﻀﻐﺔ ﺇﺫﺍ ﺻﻠﺤﺖ ﺻﻠﺢ ﺍﻟﺠﺴﺪ ﻛﻠﻪ ﻭﺇﺫﺍ ﻓﺴﺪﺕ
ﻓﺴﺪ ﺍﻟﺠﺴﺪ ﻛﻠﻪ ﺃﻟﺎ ﻭﻫﻲ ﺍﻟﻘﻠﺐ

“Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal darah itu adalah hati.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Hati adalah raja dan seluruh anggota tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik, baik pula pasukannya. Jika rajanya buruk, maka buruk pula pasukannya.” Jika engkau dianugerahi pandangan, tentu engkau tahu bahwa rusaknya para pengikutmu adalah karena kerusakan dirimu, dan kebaikan mereka adalah karena kebaikanmu. Jika engkau rusak, rusak pula para pengikutmu. Lalu engkau lemparkan kesalahanmu kepada mata yang tak berdaya.

Sumber bencana yang menimpamu ialah karena engkau tidak memiliki cinta kepada Allah, tidak menyukai dzikir kepada-Nya, tidak menyukai firman, asma’ dan sifat-Nya. Engkau beralih kepada yang lain dan berpaling dari-Nya. Engkau berganti mencintai selain-Nya. Padahal engkau telah mendengar kisah pengingkaran Allah terhadap Bani Israil, karena mereka mengganti makanan yang ada dengan makanan lain yang justru lebih hina. Maka Allah mencela mereka.

ﺃﺗﺴﺘﺒﺪﻟﻮﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﺃﺩﻧﻰ ﺑﺎﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﺧﻴﺮ

“Maukah kalian mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?” (Qs Al-Baqarah: 61)

Bagaimana keadaan pengganti cinta kepada Pencipta, Pelindung, dan yang menangani urusannya, yang tidak memiliki keberuntungan, kenikmatan dan kesenangan? Bandingkanlah Allah dengan sesuatu yang engkau jadikan pengganti-Nya dan pengganti cinta kepada-Nya. Apakah engkau ridha berada di jamban, sementara orang-orang yang mencintai Allah berada di ‘Arsy?

Jika engkau menghadapkan diri kepada Allah dan berpaling dari selain-Nya, tentu engkau akan melihat
berbagai macam keajaiban, engkau aman dari bencana dan kerusakan. Tentunya engkau sudah tahu bahwa Dia mengkhususkan keberuntungan dan kenikmatan kepada orang yang mendatangi-Nya dengan hati yang bersih atau bersih dari kemusyrikan yang di dalamnya tidak ada cinta kepada selain-Nya dan hanya mengikuti ridha-Nya.

Mata berkata, “Antara dosaku dan dosamu di tengah manusia seperti antar kebutaanku dan kebutaanmu dalam membuat analog.”

Allah telah berfirman tentang orang yang mengalami krisis,

ﻓﺈﻧﻬﺎ ﻻ ﺗﻌﻤﻰ ﺍﻷﺑﺼﺎﺭ ﻭﻟﻜﻦ ﺗﻌﻤﻰ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺍﻟﺘﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺪﻭﺭ

“Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46)

Limpa Ikut Bicara

Tatkala mendengar dialog antara hati dan mata serta perdebatan mereka berdua, maka limpa berkata,
“Kalian berdua saling bahu-membahu untuk mengahancurkan dan membunuhku. Ada orang yang telah
menggambarkan perdebatan kalian ini, Mata menganggap hati menimpakan derita hatilah yang telah memaksakan kehendaknya namun tubuh menjadi saksi atas kedustaan mata bencana hati memang berasal dari mata, andaikata tidak mata tak kan ada derita hati tak kan terkapar menjadi korbannya, limpa merana sebagai korban yang teraniaya karena hati dan mata tidak tunduk kepada Pencipta.

Penyair lain berkata, Kulemparkan cacian kepada hati karena kulihat badanku kurus kering hati mengikuti apa yang diinginkan mata dengan berkata, ’Engkaulah sang duta’ 

mata berkata kepada hati, ‘Justru engkaulah yang menjadi penunjuk jalan’ Limpa berkata, ‘Hentikan perdebatan ini’ Kalian biarkan diriku sebagai korban Limpa berkata lagi, “Saya akan menjadi pembuat
keputusan di antara kalian berdua (mata dan hati). Kalian berdua bahu-membahu dalam bencana, begitu
pula dalam kenikmatan dan kesenangan. Mata menyerap kesenangan dan hati bernafsu serta selalu berangan-angan. 

Oleh karena itu seorang penyair berkata tentang kalian berdua, Ada rona kegembiraan tatkala cinta menghilang keselamatan atas kalian wahai mata dan hati aku tidak lagi berjaga pada malam hari bebas dari kesepian dan penederitaan kita semua layak mendapatkan kebahagiaan jika kembali tiada lagi canda dan tawa Limpa berkata lagi, “Jika engkau tidak mendapat uluran pertolongan yang bisa merubah hati dan pandangan, maka jangan harap akan ada ketenangan di hati.”

Seorang penyair berkata, Aku tak tahu mengapa kucerca cinta ataukah matamu yang tercemar ataukah hati mengapa kucerca hati yang bisa melihat hatilah yang berdosa jika kucerca mata mata dan hatiku membagi-bagi darahku ya Rabbi tolonglah mata dan hatiku Limpa berkata lagi, “Jika engkau mengguyur hati dengan air cinta dari gelas-gelasmu, berarti engkau menyalakan api kerinduan kepadanya, lalu engkau membumbung naik bersama uap kemudian jatuh. Engkau yang pertama kali meminum dan engkau pula yang pertama kali merasakan panasnya.

Hakim yang membuat keputusan di antara kalian berdua adalah yang menetapkan antara ruh dan jasad,
jika keduanya saling berselisih. Dikatakan dalam sebuah atsar yang masyhur, “Pertentangan di antara
makhluk senantiasa ada hingga hari kiamat tiba, hingga ruh dan jasad saling bertentangan. Jasad berkata
kepada ruh, ‘Engkaulah yang menggerakkan aku, menyuruh dan membalikkan aku.

Jika tidak begitu, tentu aku tidak akan bergerak dan berbuat seperti itu.’ Ruh berkata kepada jasad,
‘Engkaulah yang makan, minum, bergembira dan merasakan kenikmatan maka engkaulah yang layak
mendapat siksaan.’ Lalu Allah mengirim seorang malaikat kepada keduanya untuk memutuskan perkara
mereka, seraya berkata, ‘Perumpamaan kalian berdua adalah seperti orang melihat yang hanya bisa duduk dan orang buta yang hanya bisa berjalan. Keduanya memasuki sebuah kebun. Orang yang bisa melihat berkata kepada orang yang buta, “Di kebun ini saya melihat ada buahnya, tetapi saya tidak bisa berdiri.”

Orang buta berkata, “Saya bisa berdiri tetapi tidak bisa melihat sesuatu pun.” Orang yang bisa melihat berkata, “Panggullah aku lalu berjalanlah, agar aku bisa memetiknya.”

Lalu siapakah yang harus menanggung beban? Kedua-duanya yang menanggung beban. 

"Begitulah gambaran keadaan mata dan hati, semoga bermanfaat dan kita bisa sama-sama mengambil hikmahnya"

Sumber : Disalin ulang dari buku Taman-taman Orang Jatuh Cinta dan Memendan Rindu, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah cetakan Darul Falah 1427 H

1 comment: