Monday, November 30, 2015

Salam dari malaikat Jibril (Kisah karomah Kyai Hamid Pasuruan)



Di dunia ini tidak sedikit orang yang beranggapan alam gaib itu tidaklah ada. Meski demikian, ada pula orang yang percaya, akan tetapi kepercayaan mereka cuma sekedar tahu saja, tidak ada pemantapan hingga seratus persen. Lain halnya dengan orang Islam yang memang benar-benar yakin dengan rukun iman yang nomor enam, yakni percaya kepada qodo’ dan qodar atau ketetapan-ketetapan Allah, baik yang buruk maupun yang baik. Memang sangat sulit sekali meyakini barang yang tidak ada wujudnya, tetapi kita sebagai umat Islam wajib hukumnya percaya seratus persen dengan adanya alam ghaib itu ada.

 Dalam al-Qur’an dijelaskan:


“لا يعلم الغائب الا لل”
Yang artinya: “Tidak ada yang mengetahui barang gaib kecuali Allah SWT”

Meskipun demikian, anda jangan terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. Memang dalam ayat tersebut al-qur’an menjelaskan sedemikian rupa, akan tetapi para ulama ahli tafsir sepakat bahwa, ada orang-orang tertentu (kekasih Allah) di dunia ini yang memang di izini atau diberi tahu oleh Allah SWT dalam masalah kegaiban tersebut. Contohnya adalah cerita kiai Hamid.
Alkisah, dahulu ada santri yang bernama Ihsan, Ia adalah salah satu khadam (pembantu kiai) yang paling dekat dengan kiai Hamid. Bahkan setiap malam, Ihsan di suruh tidur di ruang tamu kiai Hamid.

Selain terkenal akan tawadhu’ dan kewaliannya. Kiai kelahiran kota Lasem tersebut juga terkenal akan keistiqomahan dalam ibadahnya. Setiap malam beliau tidak pernah meninggalkan qiyamu al-lail (shalat Tahajjud). Pada suatu malam tepatnya pukul 00.00 Istiwa’, setelah melakukan shalat Tahajjud kiai Hamid membangunkan Ihsan.

 “Ihsan…Ihsan… tangio nak!” ( Ihsan…Ihsan… bangunlah nak! ) begitulah cara halus kiai Hamid ketika membangunkan santrinya.
 Ihsan pun bangun, sambil mengucek-ucek matanya Ia berkata “Wonten nopo kiai?” (Ada apa kiai?) tanya Ihsan. 

“Awak mu sa’iki sembayango teros lek mari moco al-Fatihah ping 100, maringono lek wes mari awakmu metuo nang ngarepe gang pondok, delo’en onok opo nang kono.” (Sekarang kamu shalat, lalu sesudahnya kamu baca surat al-Fatihah sampai 100 kali, kalau sudah selesai kamu keluarlah ke gang pondok, lihatlah ada apa di sana.) Perintah kiai Hamid.

 “Inggeh kiai” jawab singkat sang santri.

 Ia pun langsung pergi ke kamar mandi untuk berwudlu’.
Singkat cerita setelah Ihsan membaca surat al-Fatihah, ia lalu keluar dari gang pondok tepatnya di jalan Jawa, atau yang sekarang namanya berubah menjadi Jl. KH. Abdul Hamid. Pada waktu Ihsan keluar dari pondok, jarum jam kala itu menunjukkan tepat pukul 01.00 dini hari.
Nyanyian jangkrik senantiasa mengiri langkah kaki Ihsan. terangnya sinar rembulan menjadi penerang jalannya. Sesampainya di Jalan Jawa, Ihsan melihat ada mobil dari arah barat. Lalu mobil tersebut berhenti tepat di depannya. Kaca mobil tersebut terbuka,

 “Ihsan lapo bengi-bengi nang kene?” (Ihsan mau apa malam-malam kok di sini) begitulah suara yang keluar dari dalam mobil tersebut.

Karena lampu dalam mobil tidak dihidupkan, Ihsan pun tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang berbicara dengannya. Ihsan pun masih tercengang dan kebingungan suara siapakah itu. Akhirnya pintu mobil itu pun terbuka dan yang keluar adalah Ibu Nyai Hj. Nafisah Ahmad, istri hiai Hamid. Ternyata yang ada di dalam mobil tersebut adalah rombongan Ibu Nyai Hj. Nafisah yang datang dari Jakarta. Ihsan masih belum menjawab pertanyaan yang tadi.

Yo wes ketepaan lek ngono tolong gowokno barang-barange sing nang njero montor, mesisan ambek barange bojone Man Aqib.” (Ya sudah kebetulan, kalau begitu tolong bawakan barang-barang yang ada di dalam mobil, sekalian dengan barangnya istrinya Paman Aqib) perintah Ibu Nyai Nafisah.

Tanpa pikir panjang Ihsan pun langsung menurunkan semua barang yang ada di dalam mobil.
Setelah semua barang sudah di bawa ke pondok, Ihsan lalu masuk ke dalam ndalem kiai Hamid. Tak lama kemudian kiai Hamid datang kepada Ihsan.

yok opo San? pas yo! Iku mau pas aku sembayang, malaikat Jibril teko nang aku nyampekno salam teko Allah. Ambek ngandani lek bojoku teko jam siji bengi. San, bener nang al-Qur’an dijelasno, lek gak ono sopo wae sing weroh ambek barang ghoib, yo contone koyok kejadian iku mau iku termasuk ghoib. Cuman Allah SWT iku ngidzini utowo ngewenehi weroh barang sing goib marang uwong sing dicintai ambek gusti Allah.” (Bagaimana San? Pas kan! Itu tadi waktu aku shalat, malaikat Jibril datang menyampaikan salam dari Allah, dan memberi tahu kalau istriku akan datang jam satu malam. San, benar di dalam al-Qur’an dijelaskan, bahwasannya tidak ada siapa pun yang mengetahui tentang masalah gaib. Ya, contohnya kejadian tadi itu termasuk gaib. Cuma Allah SWT itu memberi idzin atau memberi tahu barang gaib kepada hamba yang dicintainya) jelas kiai Hamid.

 Setelah menjelaskan kejadian tersebut, kiai Hamid langsung masuk ke dalam. Sedangkan Ihsan masih tercengang dan merasa kagum kepada kiai Hamid.

Tidaklah ada kalimat yang pantas ketika kita melihat atau mendengar kejadian yang menakjubkan dari Allah SWT, melainkan kata “Subhanalloh…!” 

Sumber: KH. Ihsan Ponco Kusumo-Malang

Sunday, November 29, 2015

sajak : Terima Kasih Keadaan

 

Terima Kasih Keadaan

Bukan soal persahabatan
Bukan soal kebersamaan
Bukan juga soal kau teman

Namun alam dan keindahan semesta berkata sejalan
Seiring impian dan harapan
Melangkah dalam kehidupan
Bersatu dalam tujuan

Waktu yang rentan..
Tahta dan jabatan..
Seolah bukan hambatan..

Terima kasih wahai keadaan.. 

                                                           Syarif al-farisi

Wednesday, November 25, 2015

Kaum Hawa

Perempuan yang menutup auratnya laksana buah "duren" yang masih belum dibelah, isinya membuat semua orang penasaran, wanginya belum tercium oleh setiap orang, harganyapun lebih mahal bila dijual, & hanya orang tertentu saja yang bisa jadi pembelinya..

Berbeda dengan buah "duren" yang sudah dibelah(freepack) tidak membuat semua orang penasaran karena isinya sudah keliatan, wanginyapun sudah berkurang dan bisa tercium oleh setiap orang, harganyapun harga Eceran, lebih murah dan siapapun bisa membelinya..


Nah...kaum Hawa..sekarang tinggal kalian pilih,, mau jadi seperti buah "duren" yang belum dibelah.. "Atau"
jadi seperti buah "Apel",,yang bisa langsung "di makan" . .??



                                                                                                                                       Syarif al-farisi

Tuesday, November 24, 2015

Cinta itu T*i

Cinta..

Cinta itu tai..
Tai itu kuning..
Kuning itu emas..
Emas itu berharga..

Maka seperti itulah hakikat cinta..

Ia akan berharga seperti emas ketika engkau bisa mempertahankan, bukan mendapatkannya.


                                                                                                                               Syarif al-farisi

Monday, November 23, 2015

Do'a Ditolak Karena Sebutir Kurma




 
Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham rahimahullah berniat ziarah ke Masjid Al Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat masjidil Haram.
Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. 

Empat Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.

“Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT,” kata malaikat yang satu.

“Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena empat bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram,” jawab malaikat yang satu lagi.


Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama empat bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh Allah SWT gara- gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. 
“Astaghfirullahal adzhim,” Ibrahim beristighfar. Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma.Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya. Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. 


“Empat bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?” tanya ibrahim. 

“Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma” jawab anak muda itu.

“Innalillahi wa innailaihi roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?”. 

Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat. “Nah, begitulah” kata ibrahim setelah bercerita, “Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpaizinnya?”

“Bagi saya tidak masalah. Insya Allah saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya.”

Ibrahim bertanya, “Dimana alamat saudara-saudaramu? biar saya temui mereka satu persatu.”
Setelah menerima alamat, ibrahim bin adham pergi menemui saudara-saudaranya yang lain. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim.

Empat bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. 

“Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain.”

“O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas.”Subhanallah…


"Semoga kisah diatas bisa menjadi inspirasi hidup kita supaya lebih hati-hati dalam melangkah"


Wednesday, November 18, 2015

sajak : Menjawab dan mengharap



Menjawab Dan Mengharap,,

Pijakku di sini

Mencari mana yang pasti..
Berhari-hari lewati tanya di benak ini
Sahut ku kemudian "iya"..
Sahut ku kemudian "tidak"..

Kemana ku akan kepastian ku
Tak ada waktu tuk menunggu
Tataplah..
Tataplah..
Juliet menanti jawab di sana..

Antara harap dan cemas
Kapan akan di balas
Sabarlah..
Sabarlah..
Ocehan nurani menanti kabar..

Kapan terdampar..
Kapan terdengar..
Hiruk pikuk antara aku, engkau, dan mereka

Jangan susah..
Jangan resah..
jangan gelisah..
Hingga saat tiba kita serasa


                                            Syarif al-farisi






Perempuan dan Seekor Ayam


Diriwayatkan pada musim haji, Abdullah bin Mubarak memasuki kota Kuffah. Ketika ia hendak menunaikan ibadah haji, di tengah kota ia melihat seorang perempuan sedang membersihkan seekor ayam yang mati dari tumpukan sampah.

Kemudian Abdullah bertanya, “Apakah ayam yang kau bersihkan itu seekor bangkai ataukah ayam yang disembelih?”

“Ini bangkai dan akan kujadikan makan malam untuk keluargaku,” kata perempuan itu.

Abdullah kemudian mendekat dan berkata, “Sungguh Allah telah mengharamkan bangkai, Dan kalian hidup di Kuffah yang dikelilingi ulama. Apakah kalian akan memakannya?”

"Menyingkirlah dariku,” ucap perempuan itu sambil berlalu.

Abdullah mencoba mengejarnya dan mengingatkan akan keharaman bangkai.

Perempuan itu kemudian bercerita, “Aku memiliki beberapa anak, dan mereka sudah tiga hari tidak makan. Aku pun telah mencarinya, namun sia-sia.”

Kemudian, Abdullah bergegas menuju kudanya yang menjadi kendaraan sekaligus pengangkut bekalnya selama haji, la menuntun kuda tersebut yang di punggungnya penuh dengan makanan, pakaian, dan bekal lainnya.

Sesampainya di rumah tersebut, Abdullah mengetuk pintu dan keluarlah perempuan itu. Lalu Abdullah memukul kudanya hingga masuk ke dalam rumah perempuan tersebut.

Ia kemudian berkata kepada wanita tersebut, “Buanglah bangkai tadi, di atas kuda itu ada bahan- bahan makanan dan beberapa pakaian. Ambillah kuda itu serta semua yang ada di punggungnya. Semua itu untuk kalian.”

Setelah itu, Abdullah sadar bahwa musim haji hampir selesai dan ia tak mungkin mencapai Makkah dalam waktu yang tersisa itu. Ia kemudian memutuskan untuk bermukim di Kuffah dalam beberapa pekan menunggu rombongan haji kembali dari Makkah dan bermaksud menumpang mereka dalam perjalanan karena bekalnya habis diberikan kepada wanita tadi.

Ketika rombongan haji melewati Kuffah, Abdullah pun kembali ke kampung halamannya bersama mereka. Setibanya di rumah, Abdullah berkumpul dengan kawan-kawannya yang usai menunaikan ibadah haji, sedangkan para tetangga berdatangan meminta berkah dan tentu saja untuk berbagi pengalaman.

Kemudian Abdullah berkata kepada mereka, “Sungguh tahun ini aku menyesal karena tidak jadi pergi berhaji.”

Dengan penasaran salah satu dari kawannya yang menunaikan ibadah haji berkata, “Subhanallah, apa yang kau katakan? Bukankah engkau berhaji bersama kami? Apakah kau tidak ingat bahwa aku menitipkan bekalku kepadamu dan aku mengambilnya di Arafah?”

Kawan lainnya juga berkata, ‘Tidakkah engkau memberiku minum ketika di Makkah?”

Dan kawan yang satunya lagi juga berkata, “Tidakkah kau ingat ketika kita bersama-sama membeli oleh-oleh di pasar itu?”

Abdullah pun sejenak kebingungan dan berkata, “Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan. Yang kuingat tahun ini aku tidak pergi berhaji.”

Kemudian pada malam harinya, Abdullah tertidur dan bermimpi bertemu seorang yang berkata kepadanya, “Wahai Abdullah, sesungguh¬nya Allah telah menerima sedekahmu dan Allah mengirimkan malaikat yang menjelma sebagai dirimu dan berhaji atas kamu.”

Hikmah: Tidak ada yang sia-sia dari kebaikan yang kita lakukan di dunia ini. Cerita Abdullah hanyalah sebuah pelajaran bagi pelaku kebajikan yang lain, bahwa semua kebaikan dibalas oleh Allah berlipat ganda. Hanya saja kebaikan itu tidak semuanya diperlihatkan kepada kita. Abdullah- lah orang yang beruntung telah menikmati hasil kebaikan di dunia ini.



"semoga kita bisa sama-sama mengambil manfaat dari kisah diatas"

Monday, November 16, 2015

sajak : Ulang Tahun


Ulang Tahun,,

Jika hari ini adalah tawa bagimu
Jangan lupakan air mata untukmu..

Bergembiralah sesaat
Namun merenunglah sejenak..

Ini adalah masa yang indah lewat logika
Perlahan berkurang jika kau renungkan..

Menolehlah kebelakang..
Persiapkanlah bekal ke depan..
Dengan apa kau "pulang"..

Kalau saja mereka tahu
Niscahya sebaik-baiknya hari ini adalah Nasihat..
Bukan kata Selamat..


                                                      Syarif al-farisi

Saturday, November 14, 2015

Surga Bagi Si Ahli MAKSIAT


Pada suatu hari, Umar bin Khattab menemui Rasulullah saw. sambil menangis.
"Apa yang menyebabkan kau menangis sedemikian rupa?" tegur Rasulullah saw.
Umar bin Khattab lalu menceritakan perihal penyebab tangisannya. 
Ia bertemu dengan pemuda yang kon¬disinya memprihatinkan. Pemuda ini menangis terus-menerus dan menceritakan sesuatu sehingga hati Umar bin Khattab merasa pilu.
Rasulullah saw. berkata, "Sebaiknya kaubawa dia masuk."
Umar kemudian menyusul pemuda tersebut dan menyuruhnya masuk ke rumah Rasulullah. 
"Perkenalkanlah dirimu kepada Rasulullah," perintah Umar.
Sang pemuda mengangguk. "Namaku Mudznib, ya Rasulullah," jawabnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi sehingga kau menangis seperti ini?"
"Aku telah melakukan dosa besar, ya Rasulullah! Aku sangat takut membayangkan siksaan yang akan aku terima di akhirat kelak."
"Apakah kau menyekutukan Allah?" tanya Rasulullah yang belum mengetahui dosa besar apa yang dimaksud Mudznib.
"Bukan! Bukan pula membunuh seseorang, ya Rasulullah," terang Mudznib. "Akan tetapi, dosaku ini lebih besar daripada langit, bumi, dan gunung di muka bumi ini."
"Apakah dosamu itu lebih besar daripada kekuasaan (Kursi) Allah?"
"Bahkan dosaku lebih besar lagi, ya Rasulullah," Mudznib tertunduk lunglai.
"Apakah dosamu tersebut lebih besar daripada ‘Arsy’ Allah?"
"Dosaku masih lebih besar daripada ‘Arsy’Allah." 
"Bolehkah aku tahu, apakah dosamu itu?" tanya Rasulullah saw. kemudian.
"Selama tujuh tahun, aku telah melakukan perbuatan maksiat! Apabila ada seseorang yang meninggal dunia, lalu dikuburkan, maka segera kugali lagi kuburan itu dan kuambil kain kafannya. Suatu hari, ada seorang gadis yang meninggal. Malamnya, langsung kubongkar makamnya. Entah kenapa, tiba-tiba mayat gadis tadi kusetubuhi berkali-kali dan kugeletakkan begitu saja." 
Mendengar penuturan pemuda ini, Rasulullah saw terkejut bukan main dan mengusir pemuda tersebut. Pemuda itu segera pergi dan terus melangkah. Ia men¬dekatkan diri kepada Allah Swt. (taqarrub). Ia berdoa selama empat puluh hari dan empat puluh malam, meng-adukan nasibnya kepada Ilahi Rabbi.
Di tempat lain, Rasulullah saw. kedatangan malaikat Jibril seraya memberi salam kepada beliau. "Allah Swt. menyampaikan salam untukmu, ya Muhammad."
"Dia-lah Maha Pemberi Keselamatan. Dan dari-Nya pula kesejahteraan datang dan pada akhirnya akan kembali pada-Nya."
"Allah bertanya, Apakah kau yang menjadikan makhluk?’" tanya Malaikat Jibril. 
"Dia-lah yang menjadikanku dan menjadikan mereka," jawab Rasulullah saw.
"Apakah kau yang memberi rezeki mereka?"
"Bukan! Dia-lah yang Maha Pemberi Rizki kepadaku dan kepada mereka!"
"Apakah kau menerima tobat mereka?"
"Bukan, melainkan Dialah, Allah, yang menerima tobatku dan tobat mereka."
"(Karena itu), Allah telah menyatakan, ‘Hendaknya kau segera menerima tobat seorang pemuda di mana beberapa waktu yang lalu kau telah mengusirnya. Sesungguhnya Allah telah menerima tobatnya!" jelas Jibril.
Setelah mendengar penjelasan Jibril, Rasulullah saw. segera memanggil pemuda tersebut dan menyatakan bahwa Allah Swt. telah menerima tobatnya. Pemuda itu langsung bersujud syukur.

"Allah akan membukakan pintu hidayah dan ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang benar-benar bertobat dan ingin kembali kepada-Nya, insya allah bisa bermanfaat untuk kita semua dan bisa menjadi i'tibar untuk kehidupan kita semua..amiinn "

Masuk Syurga Gara-Gara Mengintip Wanita Yang Sedang Mandi


 
Tsa’labah bin Abdurrahman adalah salah satu sahabat yang juga merupakan pembantu Rasulullah SAW. Suatu hari, Rasulullah SAW mengutusnya untuk suatu keperluan. Di tengah perjalanan, ia menengok ke salah satu pintu rumah sahabat Anshor dan dilihatnya seorang wanita yang sedang mandi. Iapun lalu mengintip berulang-ulang.

Syahdan, tidak berselang lama, Tsa’labah menyesal dan takut setengah mati. Dalam hatinya, bagaimana nanti apabila ada wahyu yang turun menceritakan kelakuannya itu ? Betapa malunya diriku!!

Iapun memutuskan untuk pergi dan tak akan kembali ke Madinah, Ia melarikan diri ke lembah gunung diantara Makkah dan Madinah , meninggalkan Rasulullah SAW.

Selama empat puluh hari Nabi kehilangan Tsa’labah. Kemudian datanglah Malaikat Jibril kepada beliau dan berkata:

"Wahai Nabi, Allah SWT telah berkirim kepadamu salam, dan Allah SWT bersabda: "Sesungguhnya salah satu umatmu telah melarikan diri, dan sekarang berada diantara gunung ini dan itu. Dia selalu memohon perlindungan padaKu dari neraka".

Nabi kemudian mengutus Umar bin al-Khatthab dan Salman Al Farisi (radliyallahu anhuma) menyusuri bukit dan gunung-gunung Madinah. Keduanya bertemu pengembala yang bernama Dzufafah, dan bertanya:

"Apakah kamu melihat seorang pemuda diantara gunung ini dan itu ?"

Zufafah menjawab: "Oooo, orang yang berlari dari neraka Jahannam itukah?"

Umar-pun gantian bertanya:

"Bagaimana engkau tahu kalau dia lari dari Neraka Jahannam?"

Jawab Zufafah: Apabila dia keluar dari gunung itu, selalu memegang kepalanya seraya berkata:

"Wahai Tuhanku, Cabutlah nyawaku, dan leburkan jasadku, dan jangan Engkau telanjangi aku di hari kiamat kelak !"

"Oh, betul. Itulah orang yang aku maksud" tukas Sayyidina Umar ra.

Ketiga sahabat itu lalu mengendus ke sebuah gunung. Pada tengah malam ketiganya melihat Tsa’labah keluar dari gunung seraya berkata sebagaimana yang diceritakan oleh Zufafah.

Umar ra. kemudian berlari mengejar Tsa’labah dan mendekapnya. Beliau berkata:

" Aman, aman......... Dan Selamat dari Neraka. Aku Umar".

Tsa’labah kemudian bertanya: "Wahai Umar, Tahukah Rasulullah akan dosaku?".

"Aku tidak mengerti. Namun Nabi kemarin menyebut-nyebut mu, kemudian beliau menangis dan mengutus aku dan Salman untuk mencarimu" Jawab Umar.

"Wahai Umar !, jangan pertemukan aku dengan Rasulullah SAW, kecuali beliau sedang sholat , atau Bilal sedang Iqomah" Kata Tsa’labah.

Mereka lalu menuju ke Madinah, dan sampai disana sedangkan Rasulullah SAW sedang sholat. Ketiganya menempatkan barisan shaf berjama’ah. Namun ketika Rasulullah SAW membaca al-Qur’an dalam sholat tersebut, Tsa’labah tak sadarkan diri karena saking takutnya dengan Allah dan nerakaNya.

Usai sholat, Nabi bertanya pada Umar dan Salman:

"Wahai Umar dan Salman ! bagaimana keadaan Tsa’labah ?".

Keduanya menjawab dengan serentak: "Itu, Tsa’labah wahai rasul."

Nabi mendatangi Tsa’labah dan memanggilnya:

"Wahai Tsa’labah....!" Tsa’labahpun menatap rasul dan menjawab:

"Labbaika Ya Rasulallah.."

"Mengapa engkau meninggalkan aku Tsa’labah ?" tanya Rasulullah SAW.

"Karena dosaku wahai rasul........." jawab Tsa’labah.

"Bukankah aku telah mengajarkan kepadamu ayat yang menghapus dosa ?" kata Rasulullah SAW.

" Betul, wahai Rasulullah" Jawab Tsa’labah.

"Berdoalah, RABBANA ATINA FIDDUNYA HASANAH WAFILAKHIRATI HASANAH WAQINA AZABANNAR" . kata Rasulullah.

"Tapi dosaku amat besar wahai Rasulullah". Sergah Tsa’labah.

" Ayat Allah lebih besar, Tsa’labah !" Tegas Nabi.

Kemudian Rasulullah menyuruhnya pulang. Akan tetapi sampai di rumah Tsa’labah jatuh sakit. Delapan hari kemudian Salman bercerita pada Rasulullah SAW tentang sakitnya Tsa’labah.

Rasulullah seketika mengajak Salman menjenguknya. Sesampai di pembaringan Tsa’labah, beliau memangku kepala Tsa’labah. Namun ketika dia tahu, diturunkannya kepalanya dari pangkuan Rasul. Nabipun bertanya:

"Mengapa engkau turunkan kepalamu dari pangkuanku?"

"Karena kepalaku penuh dengan dosa wahai Rasulullah" Jawab Tsa’labah.

"Apa yang kau rasakan wahai Tsa’labah ?"

" Seluruh kulit dan tulangku seakan-akan digerumuti semut wahai Rasul." Jawab Tsa’labah.

"Apa yang kau inginkan Wahai Tsa’labah?"

Tsa’labah dengan cepat menjawab: "Ampunan Tuhanku".

Kemudian datanglah Jibril pada Rasulullah SAW dan berkata:

"Wahai Muhammad, Allah telah membacakan untukmu salam. Dan Allah berfirman: "Andai hambaku ini datang kepadaKu dengan dosa sebesar bumi, niscaya akan aku datangkan pengampunanKu sebesar itu pula."

" Bolehkah aku beritahukan kabar ini pada Tsa’labah wahai Jibril ?" Tanya Nabi.

"Silahkan !" Jawab jibril.

Ketika kabar itu diberitahukan oleh Nabi, maka seketika Tsa’labah menjerit gembira, sampai meninggal dunia.

Rasulullah SAW kemudian memerintahkan para sahabat untuk memandikan dan mengkafani mayat Tsa’labah, kemudian Rasul dan para sahabat menyolatinya. Namun beliau selalu berjalan dengan jemari kakinya (jinjit , bahasa jawa). Sahabat pun bertanya tentang jalannya beliau, dan beliau menjawab:

"Aku tidak dapat berjalan menapak karena banyaknya sayap-sayap malaikat yang menyolati dan mengiringkan jenazah Tsa’labah"

Masyaallah.. Sungguh akhir yang sangat mulia.. Tsa’labah sangat menyesali dosanya kemudian diterima taubatnya.. Para malaikat mensholatinya dan mengantarkannya menuju syurgaNya..

Sumber: Ma’rifat Asshahaabah, Karya Abu Nuaim Al Asbahani


{"Semoga kisah diatas bisa menjadi inspirasi serta motivasi kita & kita bisa mengambil i'tibar serta manfaat dari kisah tsb,,amiinn :) "}

Wednesday, November 11, 2015

kisah nyata : keajaiban sedekah

keajaiban sedekah


Kisah Inspiratif tentang keajaiban sedekah ini diambil dari kejadian yang terjadi di Jawa Tengah. Kala itu,  Sebuah pespa tengah di engkol oleh seorang laki-laki yang ia adalah pemiliknya. Telah lama di engkol, akan tetapi ternyata tidak menyala juga. Kontan saja ia berfikir  “Wah apa bensinnya habis ya..!”

Sebagaimana kebiasaan para pengendara motor,  ia pun mengecek isi bensin dan benar saja, ternyata bensinya memang mau habis. Setelah di coba kembali untuk distarter, ternyata bisa juga. Kemudian dalam hatinya ia bertanya, “Beli bensin yang duluan atau langsung ke pengajian ya…?” Jika isi bensin dulu, saya harus mutar balik, sedangkan pengajian udah dekat,” Sambil merenung ia berkata dalam hatinya.

Di tengah kebungunganya, akhirnya ia arahkan vespanya ke arah pengajian. “Ah, nanti saja beli bensinnya setelah dari pengajian” Setelah sampai di pengajian, ia mendengarkan sang kiayi yang berceramah dengan seksama.  Ternyata di pengajian, sang kiayi kebetulan membahas tentang manfaat sedekah atau keajaiban sedekah bagi mereka yang berkenan untuk menyisihkan hartanya.

 “Harta tidak akan berkurang hanya karena sedekah, bahkan harta kita malah akan bertambah, bertambah, bertambah dan bertambah lagi,” Tutur Pak Kyai kepada para hadirin yang ada.

Setelah menerangkan tentang sedekah, Pak Kyai juga membahasa tentang keajaiban Sedekah dan keutamaannya, Ia pun mengajak para hadirin yang ada untuk ikut bersedekah.
Ketika yang lain dengan semangat memberikan uang sedekahnya, di sisi lain,  ternyata Si Bapak yang membahwa vespa tadi juga ingin ikut bersedekah. Akan tetapi uangnya hanya tinggal Rp. 1000 Rupian,
uang seribu rupian pada waktu si Bapak dulu cukup untuk membeli bensin ½ liter.
Dalam hatinya ada bisikan yang memberikan ketakutan kepada si Bapak apakah ia harus mendahulukan keyakinanya akan keajaiban sedekah yang ia dengar dari pak kyai atau motornya yang harus ia isi bensin,

 “Uang kamu buat beli bensin Bang..! Jika di gunakan buat sedekah, nanti buat beli bensin gak ada.
Kalo nanti motornya mogok gimana? Pastinya harus di dorong, udah malu, capek pula.

Setelah agak lama merenung dan ragu sebentar, akhirnya si Bapak meluruskan niatnya juga untuk bersedekah. Sebenarnya uang tadi sudah di cabut dari kantongnya. Kontan ia pun berkata,  “Nih uang udah keburu dicabut, masa sih dimasukkah lagi? Dorong motor juga gak bakal lama, lagian gak tiap hari ini, gak masalah lah!

Akhirnya pengajian yang menyinggung tentang keajaiban sedekah pun beres dan waktu pulang tiba serta si Bapak tadi pulang ke rumahnya. Waktu di perjalanan, Vespa yang ditunggainya berhenti sekitar dua Ratus meter dari tempat pengajian tadi. Ternyata, kekhawatirannya tadi terjadi juga. Bensin motor benar-benar habis.

Tuh kan..! Tadi juga sudah dibilangin, Jika saja tadi uangnya tidak dipake buat sedekah, Motor tidak usah kamu dorong karena uangnya bisa dipake buat beli bensin.”

Bisikan dari Syetan kembali terbersit dalam hati si Bapak, kali ini agar sibapak yang sudah bersedekah menyesali apa yang ia sedekahkan tadi. Akan tetapi, ternyata si Bapak tidak juga menggubris bisikan tersebut. Akhirnya ia bicara sendiri “Ah mungkin memang udah harus dorong.”
Walaupun begitu, terlihat mata sayu si Bapak berkaca-kaca, kemudian dalam hatinya ia bergumam lagi,  “Ternyata tidak enak ya jadi orang susah itu, kepengen sedekah 1000 saja mesti dorong motor.” Ketika ia mendorong motor sekitar beberapa langkah,  Eh ternyata ada mobil kijang yang berhenti di depannya.
Si Bapak, awalnya tidak menghiraukannya. Akan tetapi, setelah berhenti ternyata mobil itu mundur. “Motornya kok di dorong Mas, Emangnya kenapa?” Wah, ternyata yang mengemudi mobil kijang tersebut merupakan teman lama si Bapak. Kemudian si Bapak menjawab sambil masih memegang vespanya, “Bensinya abis nih,”
“Oh gitu, ya sudah. Gimana kalo vespanya di pinggirkan dulu saja, lantas ikut aku, kita beli bensinnya dulu. Gimana?”

Setelah sampai di tempat Bensin (pom bensin maksudnya), lantas temannya tadi membeli air minum botol. Setelah air minumnya habis, lantas disilah ia bensin 1 Liter. Subhanalloh, Uang sedekahnya yang tadi hanya cukup buat ½ Liter, kini sudah kembali 2 x lipat. Setelah itu, mereka berdua naik ke mobil dan terjadilah perbincangan hangat. “Kamu beruntung ya..!” Teman si Bapak memulai pembicaraan.
“Untung gimana maksudnya?” “Masih ingat kan? Kita menikah pada tahun yang sama, Tapi ternyata, sampai sekarang saya belum dikaruniai anak. Kalo sampean sudah punya anak tiga. Si Bapak menjawab, “Justru saya kira Situ malah yang lebih beruntung dari saya”. “Situkan punya kijang, kalo saya cuman punya Vespa itupun udah tua”. “Emangnya kamu mau anaknya di tukar sama mobil kijang?”
Di perjalanan menuju motor vespa si Bapak, Mereka berdua banyak ngobrol bercerita tentang pengalaman serta kesusahan-kesusahan yang mereka alami. Singkat cerita, ternyata teman lama si Bapak itu merasa simpati kepada Bapak yang punya vespa tadi. Ketika tiba di tempat si Bapak naro motor Vespanya tadi… 
“Mas, aku tidak ikut turun ya,”
 
Ketika si Bapak turun, sang pemilik kijang melihat kantongnya dan mengeluarkan sebuah amplop berisi uang. “Oh iya Mas, Saya mau nitip ya. Tolong bilangin ke Istri kamu, doakan kami agar segera punya anak seperti kalian ya..!.” “Jangan dilihat di sini ya.., saya juga belum tahu isinya, itu bonus dari perusahaan”

Setelah sampai di rumah kedianmannya, Si bapak amat terkejut. Ternyata, amplop yang diberikan temannya itu berisi uang Rp. 1.000.000,- (Satu juta Rupian). Artinya Seribu kali lipat dari sedekahnya tadi yang hanya seribu Rupian.

Monday, November 9, 2015

sajak : Ketika cinta separuh gelisah



Ketika Cinta 

Ketika cinta adalah separuh gelisah
Setitik gundah mencari pelipur lara

Ketika cinta adalah Fatamorgana
bantu aku menemukannya
diantara kesetiaan-kesetiaan yang singgah

Ketika cinta adalah tawa dan nestapa
kita hanya pura-pura lupa..

Segan, ataukah enggan..
Hatiku hanya bisa bungkam
meneropong gelap ditengah keramaian..

Sungguh bila ku mau..
Aku bisa membuat cinta membutuhkanku..

Sungguh..

                                                       
                                                syarif al-farisi

sajak : cinta adalah



Cinta,,

Kadang cinta itu indah
Namun ketika kita menghamba cinta itu bahkan tak pernah indah..

Kadang cinta itu tempat bersandar
Tapi apakah kita sadar bahwa suatu saat akan terdampar..

Ketika hati tak mampu lagi berpaling
Jadikanlah iman sebagai penyetir..

Ketika kesetiaan tak begitu kekal
Hadapilah dengan tawakal..

Lelah,,
Resah,,dan
Gelisah,,adalah tempatnya Dunia..
Dan kita hanya pura-pura "buta"


                                                                   syarif al-farisi