Thursday, December 24, 2015

Penyakit Lisan

~Penyakit-Penyakit Lisan~

Manusia sering meremehkan dan tidak membentengi diri dari berbagai penyakit yang mungkin ditimbulkan oleh lisan. Padahal, lisan adalah senjata setan yang paling penting dalam memperdaya manusia. Berikut ini akan saya jelaskan penyakit-penyakit itu secara rinci dan cara untuk menghindarkan diri darinya. Sesungguhnya lisan merupakan salah satu bentuk anugerah dan keindahan ciptaan Allah. Ukurannya kecil, tetapi pahala dan dosa yang ditimbulkannya besar. Melalui lisan, kekafiran dan keimanan bisa dibedakan. Dengannya pula seseorang membicarakan semua yang wujud dan yang tidak wujud, sifat-sifat Sang Pencipta, dan sifat-sifat makhluk-Nya. Itulah keunikan lisan. Mata hanya bisa berinteraksi dengan gambar dan warna. Telinga hanya bisa berhubungan dengan suara. Tangan hanya bisa berurusan dengan benda berwujud. Adapun lisan mempunyai medan yang luas.

~Keutamaan Diam~

Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda, “Siapa yang diam, ia selamat.“ Diriwayatkan dari Anas bahwa Luqman pernah berkata, “Diam itu kebijaksanaan, tetapi sedikit yang melakukannya.”

Uqbah bin ‘Amir mengisahkan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu?” Rasulullah menjawab, “Jaga lisanmu, berdiamlah di rumahmu (untuk beribadah], dan tangisi kesalahanmu.” Sahal bin Sa’ad menuturkan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah bersabda, “Siapa yang menjaga sesuatu di antara kedua rahangnya (yaitu lisan) dan sesuatu di antara kedua kakinya (yaitu kemaluan), aku menjaminkan surga baginya.”

Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah ditanya mengenai perkara yang paling banyak membuat manusia masuk surga. Beliau menjawab, “Ketakwaan kepada Allah dan budi pekerti yang baik.” Beliau juga ditanya tentang perkara yang paling banyak membuat manusia masuk neraka. Beliau menjawab, “Dua rongga, yaitu mulut dan kemaluan.”

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda, “Kebanyakan dosa anak Adam berasal dari mulutnya".  Rasulullah juga pernah bersabda, “Siapa yang menahan lisannya, Allah tutupi aibnya. Siapa yang bisa menguasai emosinya, Allah lindungi dia dari siksa-Nya. Dan siapa yang meminta ampun kepada-Nya, Allah terima permintaan ampunnya.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata yang baik atau diam” Diriwayatkan dari Barra’ bin Azib bahwa seorang badui menemui Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan bertanya, “Tunjukkan kepadaku suatu amal yang bisa membuatku masuk surga.” Rasulullah menjawab, “Beri makan orang yang lapar, beri minum orang yang haus, serukan kebaikan, dan cegah kemungkaran. Jika engkau tidak sanggup, tahan lidahmu kecuali untuk kebaikan.”

Abu Bakar meletakkan kerikil di dalam mulutnya untuk mencegah dirinya berbicara. Seraya menunjuk pada lisannya, ia menuturkan, “Inilah yang bisa membawaku pada kebinasaan.” Ibnu Mas’ud mengatakan, “Hanya lisan yang lebih memerlukan penjara dalam waktu lama.” Hasan Al-Bashri mengatakan, “Tidaklah memahami agamanya, orang yang tidak sanggup menjaga lisannya.” Yunus bin Ubaid mengatakan, “Seseorang yang senantiasa memberi perhatian yang besar pada lisan (ucapannya) niscaya engkau akan melihat kebaikan pada seluruh amal perbuatannya.” Rabi’ bin Khutsaim tidak pernah membicarakan urusan dunia selama 20 tahun. Ketika pagi tiba, ia mencatat apa yang ia bicarakan, lalu mengoreksinya pada sore hari. Mansur bin Al-Mu’tazz tidak pernah berbicara satu patah kata pun selepas waktu Isya selama 40 tahun.

Mungkin engkau bertanya, “Apa sebabnya sehingga diam memiliki keutamaan yang begitu besar?” Ketahuilah, sebabnya adalah banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh banyak bicara. Penyakit itu ada yang bersumber dari setan dan ada pula yang bersumber dari tabiat seseorang. Dengan diam, penyakit-penyakit itu tidak akan membebani seorang pendiam. Sementara itu, dalam diam, seseorang bisa menguatkan niat, senantiasa bersikap tenang, mempunyai waktu kosong untuk berzikir dan beribadah, dan selamat dari konsekuensi yang timbul dari ucapan, baik yang terkait dengan dunia maupun akhirat.

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Siapa yang diam, ia selamat!’ Dan sungguh, demi Allah, ia pun mendapat anugerah berupa permata kebijaksanaan dan kalimat yang berbobot.

Al-Habib Ahmad bin Novel bin Jindan

Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz

No comments:

Post a Comment